Seni dan Budaya Menjadi Potensi Ekonomi Kreatif

ilustrasi karnaval

ilustrasi karnaval

POJOKBANDUNG.com, BANDUNG – Potensi ekonomi kreatif di Jawa Barat cukup banyak. Selain memiliki jumlah penduduk yang banyak, Jabar pun kaya akan seni dan budaya yang bisa menjadi sumber ekonomi kreatif.


Ketua Komisi II DPRD Provinsi Ridho Budiman mengatakan, seni dan budaya Jabar harus menjadi potensi ekonomi kreatif. Kedua hal tersebut memiliki manfaat besar jika digali secara serius.

Selain mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat, upaya inipun akan melestarikan seni dan budaya yang ada di Jabar. “Jabar punya potensi seni dan budaya yang luar biasa,” kata Ridho saat mengunjungi pembukaan festival seni dan budaya bertajuk Gotrasawala 2016, di Goa Sunyaragi, Kota Cirebon, akhir pekan (14/8/2016).

Acara tersebut dihadiri juga oleh Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar. Menurut Ridho, saat ini kreatifitas menjadi faktor penting dalam memenangkan persaingan.

Berbagai sektor usaha akan lebih menarik konsumen jika dibubuhi kreatifitas yang baik di dalamnya. “Pertanian, industri, sekarang semuanya masuk ke ekonomi kreatif. Apalagi, seni budaya, ini potensi ekonomi kreatif yang besar,” ucapnya.

Salah satu upaya yang bisa dilakukan, katanya, dengan mengkolaborasikan antara seni dan budaya lokal dengan seni dan budaya modern. Hal ini seperti yang terlihat dalam pertunjukan Gotrasawala 2016, saat Krakatau Band membawakan musik khas daerah pantai utara (pantura) Jabar.

“Budaya Jabar bisa dikolaborasikan dengan seni modern. Ini sangat bagus, seni pantura dikolaborasikan dengan jazz oleh Krakatau (band),” katanya.

Oleh karena itu, Ridho berharap festival budaya lainnya bisa terus digelar di Jabar. Ini merupakan cara yang tepat dalam memberikan ruang bagi seniman dan budayawan untuk berekspresi.

“Gotrasawala dan ajang-ajang serupa lainnya jadi potensi wisata. Melalui jalur pariwisata, masyarakat, seni, dan budaya menjadi potensi ekonomi kreatif,” paparnya.

Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar mengatakan, melestarikan seni dan budaya warisan leluhur merupakan hal yang harus dilakukan oleh setiap warga saat ini. Selain untuk menjaga tradisi, hal inipun menjadi potensi ekonomi yang besar.

“Bagaimana melihat ke depannya. Termasuk seni dan budaya sebagai ekspresi. Ini sangat penting,” kata Deddy.

Jabar, lanjutnya, kaya akan seni dan tradisi yang melekat di masyarakat. “(Contohnya) ada Cirebon yang menjadi pusat pengembangan kebudayaan. Indramayu, Majalengka, masing-masing punya kekhasan dan nilai-nilai tradisi,” ujarnya.

Oleh karena itu, kata Deddy, agar berbagai kekayaan seni dan budaya tersebut dikemas sebaik mungkin agar mampu memenuhi kebutuhan pasar. “Harus bisa mengemas, memelihara, dan mengembangkan dengan baik,” ucapnya.

Lebih lanjut Deddy katakan, festival Gotrasawala 2016 ini lebih mengedepankan sajian musik. Deddy pun mengaku kagum dengan pertunjukan musisi pantura yang dikolaborasikan dengan musisi modern baik dalam maupun luar negeri.

“Musisi pantura bisa bermain dengan musisi Afrika. Bagaimana seni dan budaya kita nge-blend dengan seni daerah lain,” katanya.

Melalui ajang inipun, Deddy berharap seni dan budaya Jabar bisa dikenal hingga ke mancanegara. “Bukan seni dan budaya luar yang dikenal kita,” pungkasnya.

Ketua Pelaksana Gotrasawala 2016, Franki Raden, mengatakan, pada Gotrasawala kali ini, seniman dan budayawan lokal diberi ruang yang besar untuk menampilkan hasil karyanya. Dia menyebut, sedikitnya terdapat 15 seniman dan budayawan lokal yang akan menampilkan kreatifitasnya.

Mereka di antaranya menampilkan Sintren (Cirebon), Ronggeng Ujungan (Majalengka), Tari Topeng (Cirebon), Tari Buyung (Kuningan), Tari Rara Roga (Indramayu), Pentas Imam Priatna (Cirebon), dan Wayang Orang (Cirebon). Selain itu, kepanitiaan acara inipun menurutnya turut melibatkan warga lokal.

“Seniman lokal mendapat formulanya yang ideal. Semua kesenian-kesenian dipilih dan ditentukan panitia lokal, yang mewakili lima kabupaten di sana,” bebernya. (agp)

Loading...

loading...

Feeds