Kondisi Irigasi Jelek, Pemkab Disentil Untutk Memperhatikan Saluran Irigasi yang Ada

Kondisi Irigasi Jelek.

Kondisi Irigasi Jelek.

POJOKBANDUNG.com, SOREANG – Pemerintah Kabupaten Bandung diminta untuk memperhatikan kondisi saluran irigasi yang ada. Lebih dari separuh irigasi saat ini dalam kondisi rusak.


Pendiri Promotor Aksi Pemberdayaan Masyarakat Tani (Proksidatani) Kabupaten Bandung, Saeful Bahri mengatakan, intervensi pemerintah terhadap saluran irigasi masih rendah, walaupun saat ini produksi pangan diminta untuk terus ditingkatkan.

Bahkan, kata Saeful, semenjak Indonesia Merdeka saluran irigasi masih tetap sama tanpa ada pelebaran atau penambahan.
“Pembangunan yang dilakukan pemerintah, cenderung mementingkan infrastruktur jalan. Sementara untuk irigasi masih belum menjadi perhatian,” tutur Saeful, Senin (8/8/2106).

Padahal, irigasi merupakan salah satu infrastruktur penting bagi kedaulatan pangan yang saat ini sedang digembor-gemborkan pemerintah.
“Tanaman itu tidak terlepas dari air sebagai kebutuhan, untuk sampai di area pertanian air membutuhkan saluran,” ujarnya.

Kebutuhan tanaman akan air, juga harus memperhatikan kualitas dan debit di samping jaringan yang tersedia.

Saat ini, pertumbuhan industri cukup berkontribusi terhadap penurunan kualitas air. Akibatnya, tanamam tidak mendapat nutrisi yang cukup.

Di lain sisi, sendimentasi juga menjadikan debit air menjadi berkurang. Kondisi tersebut membuat petani sangat dirugikan.
“Seiring kerusakan hutan sehingga akibatnya air yang tertampung dan teresap mengalir ke irigasi berkurang. Banyak di daerah irigasi hulu panen maksimal dua sampai tiga kali panen. Tetapi dihilir tidak bisa panen atau hanya sekali panen padahal daerah irigasi teknis,” ujarnya.

Saeful melanjutkan, debit air juga terjadi penurunan karena kebocoran irigasi. Akhirnya air terbuang. Ketika di hulu bisa 5 liter per detik di hilir bisa 1 liter per detik. Karena terjadi kebocoran atau sedimentasi.

Jaringan irigasi tingkat kerusakannya makin parah terutama di irigasi yang bersinggungan dengan sungai. Irigasi yang ada di daerah terjal seperti pegunungan tebing terjal dan rawan longosor.
“Di daerah perkotaan, irigasi dibenteng untuk jalan sehingga irigasi rusak. Irigasi rusak juga akibat terlalu jomplang antara panjang irigasi dengan dana yang dikucurkan. Dulu, kebutuhan irigasi Rp40 miliar dialokasikan Rp9 miliar,” ucapnya.

Setiap hari kebutuhan dana perbaikan irigasi akan semakin membengkak seiring dengan pembiayaan yang lebih tinggi. Perbaikan irigasi juga terjadi akibat penyempitan jalan dan lain sebagainya.
“Total kerusakan irigasi di Kab Bandung lebih dari 50%. Tapi itu data lama bisa saja bertambah. Sebagian besar rusaklah pada intinya,” ujarnya.

Selain itu, pemanfaatan irigasipun harus dikritisi. Karena kenyataannya di tingkat petani ada kesalahan pemanfaatan teknologi dalam hal air. Petani ini selalu senang kalau sawahnya digenangi air, namun kenyataan di lapangan seringkali air tidak menggenangi sawah. (mld)

Loading...

loading...

Feeds

DPRD Setujui 2 Raperda Kota Bandung

POJOKBANDUNG.com, BANDUNG – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bandung resmi menyetujui dua Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) Pada Rapat Paripurna …