POJOKBANDUNG.com, ORLANDO – Sebuah teror berdarah mengguncang klub malam bernama Pulse di Orlando, Florida, Amerika Serikat, Minggu (12/6) dini hari. Teror terjadi ketika seorang bernama Omar Mateen menerobos masuk ke klub bagi para kaum lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) itu sembari mengumbar tembakan hingga menwaskan 50 orang.
Seorang pegawai di klub malam itu menuturkan, ada 320 orang yang sedang berpesta saat pelaku beraksi. Penyerang merangsek ke dalam, mengumbar tembakan dan mengambil sandera.
Aksi brutal itu terjadi saat acara Pride Month, sebuah peringatan bagi kaum LGBT yang menjadi korban dalam aksi demonstrasi rusuh Stonewall pada 1969. Klub itu menggelar Latin Night mulai Sabtu (11/6) malam.
“Kami baru saja meninggalkan klub dan mulai mendengar tembakan,” kata Anthony Torres, salah satu pengunjung Pulse. “Semua orang berlarian dan berteriak.”
Sedangkan saksi mata, Jon Alamo mengaku sempat melihat pelaku memasuki klub dan mulai menembak. “Aku mendengar 20, 40, 50 tembakan,” kata Alamo yang saat itu berada di bagian belakang klub. “Musik pun berhenti,” lanjutnya.
Sedangkan Christopher Hansen yang berada di VIP area menuturkan hal yang tak kalah mengerikan. “Aku melihat orang-orang tretembak. Aku melihat darah. Berdoa dan berharaplah kalian tidak tertembak,” katanya.
Menurut polisi, Mateen beraksi sendirian dengan menenteng senapan, senjata genggam dan sebuah alat yang tak diketahui namanya. Padahal, pria 29 tahun itu tak pernah punya catatan kriminal sebelumnya.
Namun, aksinya tercatat sebagai penembakan masal paling mematikan di AS. Polisi menyebut serangan yang terjadi pada pukul 02.00 itu sudah dirancang dan disiapkan secara baik.
Mateen berasal dari Port Saint Lucie yang terletak di sebelah selatan Orlando. Agen khusus Danny Banks mengungkapkan, ada kecenderungan Mateen terkait dengan kelompok Islam radikal.
Polisi memborbardir klub dengan peledak untuk mengalihkan konsentrasi Mateen sekaligus menyelamatkan 30 sandera yang bersembunyi di kamar mandi. Polisi akhirnya melumpuhkan Mateen setelah empat jam pengepungan dan baku-tembak.
Wali Kota Orlando, Buddy Dyer langsung mengumumkan kondisi darurat. Gedung Putih juga langsung bereaksi. “Pikiran dan doa kami bersama keluarga dan orang-orang tercinta tang menjadi korban,” tulis pernyataan resmi Gedung Putih.
Terpisah, Direktur Pusat GLBT di Orlando, Terry DeCarlo menyebut aksi itu merupakan serangan kepada komunitas LGBT.(nydailynews/ara/jpnn)