Final Europa League: Juergen Klopp dan Unai Emery Punya Kesamaan Taktik

POJOKBANDUNG.com, BASEL – Sevilla dan Liverpool berstatus tim medioker di liga masing-masing. Liverpool finis posisi delapan di Premier League musim ini. Sedang Sevilla lebih baik satu strip ketimbang Liverpool di La Liga, posisi tujuh.


Dengan posisi itu, keduanya kehilangan kans tampil di pentas Eropa musim mendatang. Karena itulah final Europa League musim ini menjadi glory road buat keduanya.

Kemenangan di Europa League akan memulihkan harga diri Unai Emery (Sevilla) dan Juergen Klopp (Liverpool). Namun Emery masih punya satu ‘pintu’ cadangan menuju pentas Eropa musim 2016-2017 mendatang. Yakni mengalahkan Barcelona di final Copa del Rey, Senin (23/5) mendatang.

Nah, menjelang final Europa League, Kamis (19/5) dini hari WIB-siaran langsung RCTI pukul 01.45 WIB- di St.Jacob Park akan menjadi pembuktian dua pelatih muda. Emery masih berusia 44 tahun. Sedang Klopp empat tahun lebih tua ketimbang, Emery.

Kedua pelatih muda ini punya beberapa kesamaan taktik. Yakni kegemaran memakai pressing sebagai senjata utama timnya. Versi Whoscored rata-rata persentase ball possession per laga kedua tim berbeda tipis. Liverpool 55 persen dan Sevilla 55 persen.

Dalam analisis Outside Of The Boot Emery punya formasi andalan 4-2-3-1. Namun formasi itu punya fluiditas atau kelenturan bertransformasi menjadi 4-3-3 saat dibutuhkan. Emery menginstruksikan anak asuhnya melakukan tekanan sampai ke sepertiga wilayah lawan. Ketika kiper lawan menguasai bola maka dua winger akan mendekati kiper.

Turut mengepung sepertiga wilayah lawan, empat pemain Sevilla ikut menekan ke area itu. Jika enam pemain menekan ke wilayah lawan, akan terbentuklah huruf ‘H’ dari garis imajiner yang dibentuk keenam pemain Sevilla itu.

Sevilla juga membangun garis pertahanan tinggi ketika lawan akan meyerang. Empat bek akan berdiri sejajar di belakang. Lalu tiga sampai empat pemain akan mendekati pemain lawan yang memegang bola.

Serangan balik cepat juga menjadi konsep serangan Sevilla. Emery menyukai pemain-pemain dengan kecepatan lari yang yang luar biasa. Musim ini ada Yevhen Konoplyanka atau Ever Banega.

Kekhasan lainnya adalah winger atau wing back yang punya kemampuan penetrasi ke wilayah penalti. Saat era Emery di Valencia (2006-2012) pemain seperti David Silva atau Jordi Alba lahir dari tangan dinginnya.

Sementara ketika pindah ke Sevilla nama-nama seperti Alberto Moreno dan Jesus Navas adalah salah satu bukti kesuksesannya. Bahkan di final nanti, Emery akan menghadapi mantan anak asuhnya yang kini berkostum Liverpool, Moreno.

Dalam wawancara dengan UEFA, Emery menuturkan berjumpa Liverpool di final adalah satu tantangan besar. Melongok sejarah panjang Liverpool, Sevilla jelas lebih inferior ketimbang kolektor lima gelar Liga Champions tersebut.

“Ketika melawan tim besar seperti Liverpool maka motivasi bermain kami akan berlipat. Kemenangan akan membawa kami menuju pentas Eropa musim mendatang,” ucap pria yang memulai karir kepelatihan diusia 33 tahun itu.

Emery sendiri tak terlalu peduli jika disebut rakus gelar. Khususnya Europa League. Sudah dua musim beruntun, Jose Antonio Reyes dkk dibawanya meraih tropi tersebut.

 “Saya selalu menikmati momen bermain di Europa League meski tensi kejuaraan ini sangat tinggi. Suporter memberikan kami semangat berlipat daripada laga biasanya,” ucap pelatih yang mengawali karir di Lorca Deportiva itu. (dra/ca)

 

Loading...

loading...

Feeds