POJOKBANDUNG.com, JAKARTA – Upaya pembebasan 14 WNI dari penyanderaan kelompok militan Abu Sayyaf di Filipina masih berlanjut. Di sisi lain, pemerintah Indonesia terus menggalang kerja sama antarnegara untuk mencegah terulangnya pembajakan. Khususnya dengan Malaysia dan Filipina yang perairannya menjadi daerah operasi para perompak.
“Minggu ini kami akan undang panglima dan menteri luar negeri Malaysia serta panglima dan menteri luar negeri Filipina. Kami akan ketemu di sini (Istana Presiden, Red),” ujar Presiden Joko Widodo. Ketiga negara akan membuat patroli bersama untuk memastikan keamanan alur pelayaran di kawasan laut Sulawesi.
Jokowi menyatakan, penyanderaan berlokasi di wilayah negara Filipina. Pemerintah, sebagaimana pula masyarakat Indonesia, menginginkan sandera segera bebas. Namun, harus disadari, lokasi penyanderaan berada di negara lain. Apabila ingin masuk, harus ada izin dari otoritas setempat. Jika ingin mengerahkan pasukan TNI, diperlukan izin dari pemerintah Filipina.
Diakui, hal itu memang menyulitkan posisi Indonesia selaku negara asal para sandera. Karena itu, pemerintah menerapkan dua hal dalam upaya pembebasan sandera. Selain dengan pemerintah Filipina, komunikasi dilakukan melalui jaringan yang dimiliki pemerintah Indonesia.
Untuk saat ini, baru bisa dipastikan kondisi 14 WNI baik-baik saja. Disinggung mengenai rencana pembayaran tebusan, Jokowi dengan tegas menolak.
“Kita tidak pernah berkompromi dengan hal-hal seperti itu dan tidak ada urusan dengan minta uang,” tegasnya.
Jokowi meminta masyarakat memahami kondisi. Memang tidak mudah membebaskan sandera apalagi posisinya di negara lain. Ada yang 6–8 bulan persoalannya belum beres.
“Malah kemarin ada yang sudah dieksekusi (warga Kanada, Red),” tutur mantan wali kota Solo itu.
Senin (25/4) pukul 15.00, tenggat waktu yang ditetapkan Abu Sayyaf untuk menebus nyawa John Ridsdel dengan 300 juta peso (sekitar Rp 84,68 miliar) berakhir.
Karena pemerintah Kanada tidak kunjung memberikan tebusan, kelompok militan keji itu menghabisi nyawa pria 68 tahun itu.
Kematian Ridsdel diketahui saat penduduk Kota Jolo menemukan kepala mantan petinggi pertambangan tersebut di halaman balai kota.
Kabarnya, dua anggota militan Abu Sayyaf yang berboncengan naik motor melemparkan kepala Ridsdel ke tempat itu. Belakangan, potongan kepala di dalam tas plastik tersebut dikonfirmasi sebagai milik lelaki yang disekap Abu Sayyaf selama sekitar tujuh bulan terakhir tersebut.
Kabar duka dari Filipina itu membuat Perdana Menteri (PM) Kanada Justin Trudeau geram. Dia pun langsung mengutuk Abu Sayyaf atas kematian salah seorang warganya tersebut.