POJOKBANDUNG.com, BANDUNG–Setiap orang berhak mengejar impiannya, seperti sebuah ungkapan ‘Tidak menjamin orang hebat akan memiliki keturunan hebat’ bermodalkan keinginan yang kuat dalam menjalankan proses, maka tak ada yang tak mungkin terjadi. Seperti yang dialami Dita Karenza (15), remaja cantik kelahiran Tarakan Kalimantan tersebut yang bergelar Woman Fide Master kini menjadi salah satu atlet andalan cabor catur Jabar yang siap diturunkan di PON XIX/ 2016.
Oleh : Asep Rahmat
SAAT usianya menginjak 5 tahun, ketika itu Dita adalah anak pemalas dan manja. Melihat hal itu dia dianjurkan sang Kakek, Moes Santoso, untuk memiliki kegiatan olahraga catur seperti tantenya yang tak lain adalah atlet catur Internasional, Dewi AA Citra, pecatur Woman Fide Master.
Meski dipaksa, Dita enggan untuk mengikuti anjuran sang kekek, dia lebih memilih kegiatan pribadinya yakni tidur di kamar seharian dan bermain di luar dengan teman sebayanya.
Namun, secara perlahan sang Kakek secara mengajarkan anak pertama dari 3 bersodara tersebut bermain catur. Tepatnya pada 2016 dengan sengaja Dita diikutserakan oleh sang kakek untuk mengijuti Kejurda 2006 di Tarakan, alhasil dia berhasil menyabet medali emas dan menjadi juara pertama.
“Kakek saya bukan atlet catur, dia hanya hobi saja. Bahkan, kedua orang tua saya juga bukan atlet catur,” paparnya kepada radar bandung saat ditemui di GOR Pajajaran Bandung, Jumat (15/4).
Anak perempuan dari pasangan Iwan Karjami dan Neny Rosa tersebut meski menjadi juara saat Kejurda dia masih belum meminati dunia catur. Namun, pada satu moment tantenya, Dewi AA Citra, mengirimkan sebuah foto saat mengikuti pertandingan di Jerman, di dalam foto tersebut disekitarnya terlihat salju. Di sana dirinya mulai iri ingin seperti sang Tante.
“Lalu saya diberikan motifasi oleh kakek (kalau mau lihat salju jadilah pecatur),” imbuhnya.
Berawal ucapan sang kakek, Dita yang kala itu berumur 7 tahun semakin termotifasi untuk bisa di foto dan dikelilingi salju seperti tantenya. Berbagai kejuaraan mulai dia ikuti, 2007 kejuaraan Wold Champion Ship di Negara Turki dia jabani dan hasilnya dia bisa melihat salju dan masuk jajaran 20 besar atlet catur dunia dikategori kelompok umur pelajar. Kala itu sang kakek mereasa heran dengan Dita, kenapa bisa menjadi hebat. Dalam waktu yang sama Dita terus mengikuti berbagai kejuaraan, seperti Sea Game, kejurnas, kejurda.
Namun pada, 2008 ketika dirinya mengikuti kejuaraan Sea Game di Vietnam nomor catur cepat dan kilat, dita sempat disuruh mundur oleh sang kakek karena menurut sang kakek lawannya akan berat. Tapi Dita enggan untuk munurut, dia malah semakin menjadi, alhasil satu emas satu perunggu berhasil dia dapatkan.
“Ketika itu juga kejuaraan se-Asean Filipina Asean age dapet 3 emas dan di Indonesia cuma aku yang bisa sapu bersih tiga,” terangnya.
Melihat berbagai prestasi yang sudah diraihnya, Dita yang sekarang masih duduk di kelas 3 SMP 20 Bandung, akhirnya di panggil oleh Persatuan catur seluruh Indonesia (Percasi) untuk bisa bertanding di pesta akbar PON/ XIX mendukung Jawa Barat.
“Ada dua target, pertama harus membawa 3 medali emas saat PON nanti. Kedua saat usia 17 tahun ingin menjadi Grand master dunia,” pungkasnya.(cr3).