Atlet Panahan Ini Bercita – Cita Menyaingi Sang Ayah

 Putri Sri Utami Herman (18), sedang konsentrasi. memegang panah di kelas Recurve untuk membidik sasaran secara tepat. (asep rahmat)

Putri Sri Utami Herman (18), sedang konsentrasi. memegang panah di kelas Recurve untuk membidik sasaran secara tepat. (asep rahmat)

POJOKBANDUNG.com, BANDUNG–Tidak gampang menjadi seorang atlet profesional, butuh waktu dan proses yang panjang. Bahkan dalam perjalanan menuju kesuksesan berkali-kali rasa kecewa harus ia rasakan, Putri Sri Utami Herman (18), Atlet cabor panahan Pelatda-PON Jabar yang berambisi menjadi juara dalam setiap pertandingan dan bercita-cita menyaingi sang ayah yang juga mantan atlet panahan tingkat Internasional. Bagai mana bisa ?


 

Tidak ada yang berbeda dengan anak perempuan sebayanya, Putri kecil adalah perempuan manja segala sesuatu selalu mengandalkan orangtua. Melihat hal tersebut, sang ayah memaksanya untuk mengikuti jejak karir di dunia panahan, jelas saat itu Putri tidak bisa mengelak mau tidak mau dia menurut, kala itu Putri masih duduk di bangku kelas 3 SD.
Paksaan sebenarnya bukan solusi dari masalah kemanjaan Putri, alhasil latihannya pun asal-asalan karena dia hanya takut kepada sang ayah.

“Dari kelas 3 sampai lulus kelas 6 SD saya tidak menyukai cabor panahan, makanya saya latihan hanya bila ada ayah saja,” ucapnya kepada radar bandung saat ditemui di GOR Padjajaran Bandung, (11/4).

Selepas lulus SD Putri menginjak usia remaja tepatnya kelas 1 SMP dia dianjurkan sang ayah untuk mengikuti kejuaraan untuk pertama kalinya yakni Ganesha Open di Bandung. Kala itu dia hanya atlet kelas amatir, hal itu bisa dilihat dari segi latihan yang asal-asalan. Meski demikian, dengan pengalaman sang ayah, ternyata Putri memiliki bakat menjadi atlet hingga pada akhirnya Putri yang masih remaja dimasukan untuk seleksi di Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) Jabar dimana sebuah tempat khusus pemusatan bagi atlet pelajar.

“Saat itu saya masih SMP kelas 1, tapi tetap saya tidak mau mengikuti apa kata ayah dan tidak mau menjadi atlet panahan,” terangnya.

Sang ayah terus mendesak Putri untuk menjadi atlet panahan. Lambat laun Putri yang awalnya keras kepala mulai menyukai panahan. 2012 dia mulai mengikuti kejuaraan tingkat Popda, tapi belum mampu menyabet medali, beberapa kejuaraan dan pertandingan dia terus ikuti namun belum ada hasilnya bahkan untuk memboyong medali perunggu, perak sampai emas sulit ia dapatkan. Sejak saat itu, dia merasa kecewa, tapi bukannya menyerah Putri malah bangkit dan semakin berambisi terhadap ‘medali’.

“Setiap tahun dan setiap kejuaraan seperti Popda, kejurnas PPLP dan lainnya saya selalu kalah dan tidak pernah mendapat medali, tapi itu juga menjadi motifasi saya untuk membuktikan bahwa saya mampu,” imbuhnya.

2013 menjadi debut awal kiprahnya di dunia cabor panahan, Kejuaraan Ganesha Open telah membuatnya menjadi juara, tak ayal medali emas untuk pertama kalinya bisa dia dapatkan. Sejak saat itu, dia benar-benar mencintai panahan, dia mulai rutin mengikuti berbagai pertandingan. Diantaranya, kejuaraan invitasi di Jawa Tengah pada 2014 dan berhasil membawa 1 perak, di tahun yang sama BK Pra-Porda berhasil dia juarai dengan menyabet 1 emas dan 2 perak serta 2 perunggu.

“Karena medali pertama lah, saya mulai menyukai apa itu namanya panahan, ada rasa kebanggan tersendiri setelah menjadi juara,” terangnya.

Namun perjuangan Putri untuk menjadi atlet profesional dan pesaing sang ayah tidak mudah begitu saja, pada tahap yang lebih tinggi yakni seleksi Pelatda- PON Jabar namanya sempat dicoret karena dia harus bertanding di kelas Recurve yang sama sekali bukan spesialisasinya.

“Saya dari kelas 3 SD selalu bermain di nomor standar bow dan pada seleksi Pelatda-PON harus bermain di nomor berbeda, jelas saya kalah dan di coret,” ucapnya.

Bukan Putri namanya bila harus menyerah, dia terus latihan sesuai instruksi pelatih untuk nomor kelas recurve.

Padahal, bila mau Fitri bisa meminta bantuan pada sang ayah yang notabene adalah seorang atlet kelas internasional di cabor panahan. Tapi, Putri merasa enggan melakukan hal tersebut, justru kesulitan itu ingin dibuktikan bahwa ia mampu berjuang sendiri dan bukan seorang anak manja lagi.

“Sejak saya menyukai panahan ayah saya mulai melepas saya, sama sekali tidak ada bantuan apapun,” paparnya.

Tekad dan keuletan anak pertama dari 2 bersaudara tersebut membuahkan hasil, 2015 Putri mengikuti seleksi Pelatda-PON dan berhasil lolos di kelas Recurve, artinya Fitri merupakan atlet yang siap diturunkan saat pesta olahraga PON Ke-XIX/ 2016 Jabar diselenggarakan. Kini dia sudah berada dipuncak kesuksesannya meski dia kadang merasa belum bisa menyaingi sang ayah yang sudah berada di level internasional. Namun, dia tidak mau sombong dan membanggakan diri karena dia berfikir, bisa menjadi atlet seperti sekarang karena orang tua terutama ‘ayah’ yang terus membantu dari segi perhatian dan dorongan semangat.

“Setidaknya saya bisa membuktikan bahwa perjuangan dari dulu hingga sekarang sangat sulit, meskipun cita-cita saya masih jauh untuk menjadi atlet yang levelnya melebihi sang ayah,” tandasnya.(cr3/Asep Rahmat)

Loading...

loading...

Feeds

DPRD Setujui 2 Raperda Kota Bandung

POJOKBANDUNG.com, BANDUNG – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bandung resmi menyetujui dua Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) Pada Rapat Paripurna …