Nina mengakui, awal bekerja di lapas cukup membuatnya risih dan horor. Dia pun sempat membayangkan bahwa lapas berisi orang-orang kriminalitas. Namun, Nina mengambil sisi positifnya.
Dia melihat banyak tahanan lapas yang meski melanggar hukum, masih dijenguk keluarga. Hal tersebut membuat dia lebih menghargai keluarga si narapidana.
Selain itu, bekerja di lapas harus serbabisa kalau sudah terjun di lapangan. Misalnya, memberikan psikologis kepada para tahanan. ”Bahkan, saya sering jadi ustadah dadakan untuk para napi,” ucapnya.
Sementara itu, saat disinggung tentang fenomena dirinya yang jadi pembicaraan di media sosial (medsos) yang menyebut sebagai ”sipir cantik”, Nina menyatakan kaget dan tidak menyangka dia menjadi terkenal.
Saking terkenalnya di medsos, tak jarang rekan-rekan di kantor, bahkan atasan, meledeknya dengan ucapan ”cie sipir cantik”. Namun, menurut dia, cantik itu relatif.
”Cantik juga harus ada kualitas. Harus ada dari dalam. Kalo secara fisik, kan nanti bisa menua. Kalo ada kualitas dari dalam dirinya, kan kayaknya cantiknya nggak ilang-ilang. Heheee,” tutur perempuan yang gemar nonton tersebut.(gum/co3/ilo)