POJOKBANDUNG.com, LEMBANG–Pembuatan kacamata matahari terbesar yang dikerjakan Komunitas astronomi ‘Imah Noong’ sudah hampir rampung. Kacamata tersebut kini tinggal dipasangi filter yang nanti akan dikerjakan di Bangka karena akan langsung digunakan untuk pengamatan fenomena Gerhana Matahari Total (GMT) pada 9 Maret 2016 mendatang.
Pengelola Imah Noong, Hendro Setyanto mengungkapkan, dirinya bersama 14 orang tim dari Imah Noong akan berangkat ke Bangka pada Sabtu (4/3) ini dengan turut membawa kacamata matahari terbesar tersebut.
“Hanya tinggal dipasang filternya, tapi nanti di sana (Bangka). Di sini kami akan mencoba dulu kekuatan struktur dan penopang kaca matanya,” ungkap Hendro di Workshop Imah Noong di RT 2 RW 12 Kampung Areng Desa Wangunsari Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat, Jumat (4/3/2016).
Bangka dipilih menjadi tempat pengamatan GMT karena lokasinya cukup dekat dengan Bandung, serta ongkos transportasinya cukup murah. Pengamatan akan dilaksanakan di Pantai Terentang Bangka yang menghadap ke arah matahari terbit.
Pengamatan, selain dilakukan oleh komunitas Imah Noong, juga akan diikuti oleh para wisatawan domestik dan mancanegara seperti dari Jepang, Malaysia, Cina, Prancis dan lainnya. Mereka dipersilahkan untuk membubuhi tandatangannya, atau bisa buat berselfie di kacamata tersebut.
“Kacamata matahari ini berukuran panjang 960 centimeter dan lebar 60 centimeter. Kacamata hanya menggunakan satu bingkai, tetapi memiliki sembilan lubang kacamata. Di setiap lubang dipasangi filter berbahan black polimer neutral density (ND)-5. Kacamata matahari raksasa itu dapat digunakan oleh sekitar 45 orang,” ujarnya.
Hendro menyebutkan, pembuatan kacamata ini menghabiskan biaya sekitar Rp 50-60 juta, yang mahal terdapat pada penggunaan bahan akrilik sebagai bingkai kacamatanya, ditambah dengan harga filter yang mencapai Rp15 juta.
Pihaknya akan mengupayakan agar kacamata matahari terbesar ini tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (MURI) sebab sampai saat ini belum pernah ada seorang pun yang pernah membuat kacamata seperti ini. Ditambah, fenomena ini kemungkinan besar akan terjadi lagi puluhan atau bahkan ratusan tahun mendatang.
“Kalau jadi rekor MURI, ini berarti jadi rekor kedua bagi saya, karena sebelumnya saya pernah mendapat rekor untuk observatorium keliling pertama di Indonesia pada 2009. Saat itu mobil dimodifikasi jadi sedemikian rupa agar bisa memuat alat-alat astronomi yang langsung dikendarai saya,” tuturnya.
Selain kacamata matahari terbesar, tim peneliti Imah Noong juga akan membawa alat-alat pengamatan lain seperti teleskop hidrogen alfa dan kamera. Dengan banyaknya alat pengamatan ini, Hendro berharap masyarakat bisa menikmati GMT dengan aman.
“Semoga apa yang kami buat ini dapat memeriahkan pengamatan gerhana matahari yang sangat jarang terjadi di dunia, apalagi di Indonesia yang nanti akan dilintasi,” pungkasnya. (bie)