Cukup dua media sosial (medsos) itu, Facebook dan Twitter. Mereka tidak merambah ke Instagram atau medsos lain.
“Kalau kebanyakan, memangnya kami nggak ada kesibukan lain?” kata M. Abdul Manan, salah seorang founder Dewan Kesepian Jakarta.
Oh iya ya. Meski jomblo, bukan berarti nggak ada aktivitas selain merenungi kesepian. Manan mengatakan, nama-nama founder lain dirahasiakan. “Ada yang penulis, dosen, ada yang kerja kantoran seperti saya,” ujarnya.
Inspirasi meme bisa datang dari mana saja. Curhatan pribadi, curhatan teman, buku, film, lagu, juga kutipan tokoh idola. Memarodikan kata-kata orang lain, termasuk tokoh besar, tutur Manan, tidak berarti penghinaan. Sering kali parodi adalah ekspresi kekaguman dalam bentuk yang tidak konvensional. Manan menegaskan, tujuannya murni untuk bercanda semata.
“At least, pengalihan energi patah hati,” tuturnya. Tahun ini pria 32 tahun itu bakal melepas masa lajang. Tapi, dia menyatakan tetap solider dengan para jomblo. Ia juga tetap berada di balik Dewan Kesepian Jakarta.
“Eksistensi kami bergantung keberadaan para jomblo,” ucapnya. Selama masih ada kaum jomblo di bumi ini, DKJ tak akan bubar.