Waduh! Heli Buatan PT Dirgantara Indonesia Kurang Mewah

Sejumlah teknisi menyelesaikan proses pembuatan Helikopter jenis Superpuma SA 332 C1A dan Cougar E725 di hanggar PT Dirgantara Indonesia (DI), Bandung. (Foto : Kharizal Maris)

Sejumlah teknisi menyelesaikan proses pembuatan Helikopter jenis Superpuma SA 332 C1A dan Cougar E725 di hanggar PT Dirgantara Indonesia (DI), Bandung. (Foto : Kharizal Maris)

POJOKBANDUNG.com, BANDUNG – Polemik helikopter kepresidenan harus menggunakan buatan mana? Ternyata TNI AU tetap memilih buatan Italia ketimbang negeri sendiri. Alasan TNI AU memilih helikopter baru buatan Italia bernama AgustaWestland (AW)101 VVIP dibanding buatan PT. DI. Menurut Kadispen TNI AU, karena spek milik PT DI tak penuhi syarat.

Kadispen TNI AU Marsma Dwi Badarmanto mengatakan, PT DI ternyata juga belum bisa memenuhi permintaan TNI AU untuk membuat pesawat. Padahal, pihaknya sudah memesan pesawat Cougar dari PT DI yang harusnya diterima, tapi sampai sekarang belum jadi.

“Seharusnya, pesawat dari PT DI sudah selesai pengerjaannya pada Mei-Juni lalu. Coba tanya ke PT DI, benar enggak pesawat itu dibikin PT DI. Alasannya ada dua item spek yang belum ada,” tandasnya.

Dwi menegaskan, karena ketidakmampuan PT DI itulah, maka TNI AU memilih memesan helikopter dari luar. “Intinya PT DI belum punya kemampuan dengan spek yang kami inginkan,” tukasnya.

Sementara itu, Direktur Utama (Dirut) PT Dirgantara Indonesia (DI) Budi Santoso menyebutkan, dibanding ‎AW101, airbus helicopters EC725 buatan DI lebih unggul. EC725 juga sudah dipakai 32 kepala negara sehingga dijamin keamanannya.

“EC725 sudah dipakai 32 negara, sedangkan AW101 baru empat negara. Kalau untuk menjadikan EC725 menjadi VVIP, cuma butuh tambahan dana 10 juta Euro saja,” terangnya.

Dia menyontohkan, EC725 pesanan Presiden Korea, meski dibeli ke PT DI namun yang mengisi di dalamnya adalah teknisi Korea. Teknisi PT DI malah tidak dibolehkan masuk.

“Namanya untuk pesawat presiden, memang harus kita sendiri yang isi agar negara lain tidak tahu. Presiden itu kan kepala negara jadi mesti dijaga keamanannya. Kalau beli heli dari luar negeri, orang asing pasti tahu isi di dalam maupun luar pesawat dan ini sangat berbahaya,” tandasnya.

Sementara Direktur Produksi PT DI Arie Wibowo menambahkan, kalau ingin dijadikan pesawat VVIP cukup tambah sekitar 40 miliar saja dari harga dasar EC725 455 miliar rupiah. “Kalau VVIPAE101 kan harganya 755 miliar rupiah, jadi lebih murah menggunakan produk anak bangsa,” kata Arie di PT DI. (apt/jpnn)

loading...

Feeds

Penggiat Event Curhat ke Kang Arfi

Penggiat Event Curhat ke Kang Arfi

POJOKBANDUNG.com, BANDUNG- Konser band kawakan Sheila On 7 sempat direncanakan berlokasi di Kota Bandung pindah ke Kabupaten Bandung. Hal itu menjadi …