Karena Inilah, Presiden Soeharto Menamai Ladang Freeport di Papua Tembagapura

Suasana di tambang Freeport, Papua.

Suasana di tambang Freeport, Papua.

BAGAIMANA cara Freeport “menjinakkan” alam pedalaman Papua yang ganas?

Wenri Wanhar – Jawa Pos National Network

Freeport mulai merambah hutan, lembah dan pegunungan Papua.

Mula-mula mereka membuka jalan. Sepanjang 120 km melalui hutan rimba dan 40 km melalui pegunungan.

“Jalan ini mencakup wilayah yang paling curam dan dua terowongan panjang yang memerlukan biaya hampir satu seperempat juta dolar tiap km,” tulis Julius Tahija dalam otobiografinya Julius Tahija.

Para pekerjanya berasal dari 22 negara. Selama tiga tahun penuh di awal, mereka bekerja 18 jam sehari, tujuh hari seminggu.

Untuk pemukiman para pekerja, dibangunlah kota baru di kaki Gunung Zaagkam. Oleh Presiden Soeharto, kota baru itu diberi nama Tembagapura.

Sebab memang, mulanya yang dicari Freeport adalah tembaga.

Logam pertama yang dikenal manusia tersebut, pada masa itu amatlah dibutuhkan sebagai penghantar listrik dan bahan baku telepon, televisi, radio, dan perkakas elektronik lainnya.

Antara Tembagapura dan Ertsberg

Menghubungkan Tembagapura ke Ertsberg–kawasan pertambangan–diadakan tiga trem kabel yang digerakkan listrik dan dikendalikan dengan komputer.

Menurut cerita Tahija, satu trem membawa pekerja tambang, yang lain membawa bijih tembaga ke pabrik pengolahan.

Perusahaan asal Amerika itu semakin menang banyak. Erstberg mengandung tembaga yang bisa dipanen langsung.

Dan ternyata, gunung itu mengandung berjuta-juta ton bijih dengan kandungan tembaga sebanyak 2,5 persen. Sementara tambang bijih di Amerika umumnya hanya mengandung 0,4 sampai 1,2 persen tembaga.

Sekitar 10 km dari kota dibangun sebuah konsentrator.

Tahija menggambarkan, mineral mengalir dalam bentuk lumpur pekat atau cairan konsentrat melalui pipa selebar 10 sentimeter yang panjangnya 119 km sampai ke pantai.

“Tidak ada tempat lain di dunia yang mengalirkan cairan pekat sejauh itu,” tulisnya.

Di tepi pantai, tanah dikeruk. Hutan Bakau disulap jadi dermaga untuk kapal samudera.

Helikopter

Tahun-tahun pertama, mereka terus membangun fasilitas pertambangan. Karena medannya yang berat, digunakan helikopter.

Di dunia, untuk pertamakalinya helikopter digunakan untuk membangun pertambangan.

Julius Tahija menceritakan, pembangunan Freeport menggunakan enam buah helikopter yang diterbangkan oleh 11 pilot dengan bantuan 10 tenaga mekanik.

Pekerja yang membawa gergaji mesin diturunkan dengan bantuan helikopter ke hutan rimba.

Mereka membuka hutan seluas 7 meter persegi. Lalu kayu-kayu hasil tebangan digunakan sebagai lendasan pendaratan.

Karena tak ada dataran, “para pilot yang kebanyakan punya pengalaman dari Perang Vietnam terpaksa mendarat di sisi-sisi bukit yang berbentuk huruf V lancip.”

Ketika kabut turun dan helikopter tidak bisa terbang, kata Tahija, jalan keluar dari sana hanya melalui tangga panjang yang terbuat dari tali. —bersambung (wow/jpnn)

loading...

Feeds

POJOKBANDUNG.com – Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH) mengumumkan kerja samanya dengan Universitas Pasundan (Unpas) melalui penandatangan Nota Kesepahaman (Memorandum …