POJOKBANDUNG.com, SLEMAN – Insiden unik terjadi di sela pesta demokrasi pemilihan kepala daerah Kabupaten Sleman, Rabu (9/12) siang. Adu propaganda terjadi antara kubu dua calon yakni pihak pasangan Sri Purnomo-Sri Muslimatun dan Yuni Satia Rahayu-Dhanang.
Lucunya, kejadian ini melibatkan pengeras suara (beken disebut toa) di masjid. Lho?
Ya, toa di masjid yang biasanya digunakan untuk memberitahukan waktu salat melalui azan, atau juga untuk mengumumkan saat ada warga yang meninggal, kali ini berubah fungsi.
Cerita bermula saat Kuswanto yang juga Ketua DPC PDI Perjuangan Sleman mengudeta pengeras suara masjid itu untuk menyampaikan pengumuman. Isinya adalah propaganda agar warga tidak memilih calon bupati dan wakil bupati nomor urut 2, yaitu Sri Purnomo-Sri Muslimatun.
“Pagi tadi Kuswanto menggunakan pengeras suara Masjid Jami Bantulan Sidoarum Godean, mengajak masyarakat untuk jangan memilih paslon nomor 2,” kata Komisioner Bawaslu DIJ, Bagus Sarwono, Rabu (9/12) sore.
Aksi Kuswanto itu menggegerkan warga. Ulahnya memicu protes keras dari Moh Noor Toyib, simpatisan PPP (lawan). “Noor Toyib lalu mendatangi rumah Kuswanto. Keduanya bersitegang terkait pengumuman tersebut. Sempat adu mulut meski tidak ada kekerasan fisik,” imbuhnya.
Lucunya lagi, selang beberapa lama ada seseorang yang kemudian meniru perbuatan Kuswanto. Hanya saja kali ini isi pengumuman di masjid yang sama adalah propaganda mengajak warga tidak memilih calon nomor urut 1 Yuni Satia Rahayu-Dhanang. “Seseorang itu yang belum bisa kami ketahui siapa. Masih kami cari tahu,” ujar Bagus.
Setelah mengetahui hal tersebut, pihak Bawaslu lalu berkoordinasi dengan kepolisian untuk menambah jumlah personel di TPS yang ada di Bantulan. Hal itu dilakukan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. “Dua polisi di setiap TPS,” singkat Bagus. (riz/rj/jpnn)