POJOKBANDUNG.com, BANDUNG – Pemandangan tak biasa tampak di Gedung Kesenian (GK) Rumentang Siang, Kosambi, Bandung, awal Ramadan atau Mei kemarin.
Di sana banyak orang, tapi bukan penonton teater sebagaimana biasa dimainkan di gedung peninggalan Belanda itu. Melainkan peserta Program Sahur Keliling 2017 M/1438 H bertajuk “Dialog Kemanusiaan Bersama Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid – Dengan Berpuasa Kita Genggam Erat Nilai Demokrasi dan Kebhinnekaan”.
Tema tersebut seakan menyikapi situasi nasional yang marak akhir-akhir ini, di mana aksi intoleransi atas nama agama meningkat, yang berujung persekusi atau perburuan disertai intimidasi dan kekerasan terhadap orang dengan pemikiran berbeda.
Program tersebut rutin digelar istri (alm) Presiden Keempat RI Abdurrahman Wahid alias Gus Dur tiap Ramadan. Kali ini diwarnai program buka puasa bersama.
Peserta Dialog Kemanusiaan itu bersifat lintas agama, diikuti umat Islam dan non muslim. Hampir pukul 17.00 WIB, rombongan Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid tiba di gedung kesenian tersebut, disambut lagu salawat dan musik akustik dari kaum difabel. Acara dibuka lagu Indonesia Raya.
Shinta didampingi Atalia Praratya Kamil, istri Wali Kota Bandung Ridwan Kamil. Shinta yang mengenakan kerudung kuning merasa bersyukur karena dirinya masih bisa menggelar program Ramadan itu.
“Program ini perjalanan ke-17 tahun sebetulnya, yaitu program sahur bersama kaum duafa, termarjinalkan, dan tertindas. Biasanya pesertanya tukang becak, kuli bangunan, buruh panggul, penambang pasir, anak jalanan, dan sebagainya,” terang Shinta.
Selama 17 tahun menjalankan dialog kemanusiaan yang dikemas lewat sahur keliling, Shinta bersama Yayasan Puan Amal Hayati Jakarta yang dipimpinnya mengaku mendapat dukungan dari organisasi kemasyarakatan Islam maupun non-muslim.