POJOKBANDUNG.com- USAHA untuk membongkar sisi gelap dunia pornografi di Jepang memang tidak mudah. Kazuko Ito, pengacara sekaligus sekjen Human Rights Now, menyambut hangat usaha polisi dalam membongkar jaringan porno dan industri seks komersial yang tidak berizin.
Namun sayangnya Jepang belum memiliki undang-undang mengenai itu. ”Perusahaan seolah mendapatkan imunitas. Di sini tidak ada undang-undang untuk menahan seseorang yang memaksa perempuan muncul di film porno. Dan tidak ada pengawasan pemerintah di industri itu. Tetapi, ini bukan hanya masalah hukum, Ini adalah pelanggaran HAM,” kata Ito.
BACA: Kasus Prostitusi, Hesty Klepek-Klepek Ditangkap Polisi Saat Berada di Hotel Berbintang
Industri porno Jepang memang fantastis. Angkanya diprediksi mencapai USD 4,4 miliar dengan 20 ribu judul film yang dirilis setiap tahun. Sekitar seperempat judul itu ditujukan bagi penonton tua – refleksi kalangan manula yang semakin naik di Jepang.
Bagaimana industri ini menarik “bintangnya.” Biasanya, mereka mendekati remaja dewasa muda sampai awal usia 20an. Mereka di dekati dan dipuji habis-habisan. Para agency mengatakan kalau calon korban punya kharisma untuk sukses di dunia hiburan mainstream dan dipaksa segera menandatangani kontrak. Celakanya kontrak tersebut berisi pasal yang membuat mereka melakukan hal-hal erotis.
BACA: Wow! Ada Tiga Artis Lagi Terlibat Prostitusi, Ada Juga Nama ‘Tamunya’
Jika korban menolak, produser akan mengancam dengan denda yang nilainya tidak masuk di akal. Atau, ada yang mengancam akan memberi tahu orang tua, teman, atau rekan mengenai “karir” baru mereka.
Dalam beberapa kasus, korban dibawa dan disekap di dalam kamar hotel atau tempat terpencil yang membuat mereka tidak bisa lari. ”Tidak ada kekerasan sebenarnya. Namun, banyak sekali tekanan dalam berbagai bentuk,” sambung Ito.
Kurumin Aroma, salah seorang korban yang terjebak industri pornografi Jepang mengaku tidak pernah membicarakan mengenai “karir” pornografinya. YouTuber yang memiliki lebih dari 15 ribu subscribers itu menyebutkan kalau agency yang menjebaknya mengatakan kalau Aroma adalah milik mereka.
”Saya tidak memiliki kebebasan dan tidak tahu kemana harus mencari bantuan. Saya terjebak.”