POJOKBANDUNG,com, BANDUNG – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melihat fenome radikalisme terhadap wanita di luar negeri mulai masuk ke Indonesia. Untuk mencegahnya, pihaknya bekerjasama dengan 500 da’iyah Fatayat Nadhlatul Ulama (NU) guna memberikan bekal bahaya radikalisme.
BACA JUGA:
Kesaksian Wanita Mata-mata, dari Mata Hari, Seks, Hingga Racun Mengerikan
5 Kepribadian Wanita Dilihat dari Cara Duduknya, Kamu yang Mana?
Kepala BNPT, Komjen Pol Suhardi Alius menjelaskan, para pembaiat teroris melakukan pencucian otak dengan mengincar wanita yang memiliki latar belakang tidak baik. “Modusnya kan jika ingin menebus dosa ya jihat (bom bunuh diri, Red) atau menjadi kurir,” ujarnya, Jumat (21/4).
Momentum Hari Kartini pun ia gunakan dengan harapan agar tidak ada lagi wanita yang menjadi korban radikalisme. “Wanita adalah guru pertama bagi anak-anaknya. Wanita adalah manusia yang paling kuat pemahamannya, jika salah mengarahkan akan menjadi kacau seluruhnya,” ujarnya.
Menurutnya, wanita paling sulit ditebak. Baik dari pakaian, gaya hidup kesehariannya, selain itu wanita bisa ke semua kemana saja tanpa dicurigai. “Banyak sekali yang memanfaatkan kelemahan wanita. Mulai dari kecantikannya atau statusnya yang harus menuruti kata suami sesuai dengan dasar agama,” ungkapnya.
Namun, lanjutnya, ia menegaskan jika perintah suami tidak sesuai sebaiknya jangan pernah diikuti. Karenanya, adanya pembekalan anti radikalisme menjadi poin sangat penting.