POJOKBANDUNG.com, JALAN hidup yang diambil mahasiswi jebolan jurusan politik Denmark ini memang tidak biasa. Dia memutuskan menjadi penembak jitu alias snipper yang berjuang di Syria untuk melawan ISIS. Jalan tersebut ruwet dan bikin hidupnya kacau. Tetapi dia mengaku tidak menyesalinya. Bahkan, dia sudah dua kali terbang ke Syria untuk melakukan pekerjaan yang mengancam jiwanya.
Dikisahkan Joanna Palani, dia memang berniat berhenti kuliah dan melawan ISIS di Syria. Pengalaman pertamanya adalah sembilan hari sendirian di garis depan menghadang ISIS. Ditemani senjata laras panjang Made in Russia, dia menyerang anggota ISIS.
”Saya bersedia menyerahkan hidup dan kebebasan saya untuk menghentikan ISIS. Jadi, semua orang di Eropa bisa aman. Ini adalah pilihan saya,” katanya kepada MailOnline.
Tetapi, saat ini dia harus sembunyi dan menghadapi ancaman penjara karena melanggar peraturan pemerintah Denmark untuk tidak melawan teroris. Tak hanya itu, Palani mengklaim juga dikejar-kejar fanatik ISIS yang ingin membunuhnya atau menangkapnya. ”Sekarang saya dilihat sebagai teroris di negeri saya sendiri,” katanya.
Untuk menuju Syria memang tidak mudah. Kali pertama Denmark masih belum mengeluarkan travel ban bagi warga negaranya untuk menuju negara-negara konflik. Tetapi, saat kali kedua, Palani melanggar travel ban itu. ”Saya minta maaf karena sudah melanggarnya. Namun saya merasa tidak punya pilihan. Saya tidak berharap akan kehilangan banyak hal karena berjuang demi keamanan negeri saya yang sekarang berusaha mengambil kebebasan saya,” katanya merujuk pada perintah penangkapan untuk Palani dari otoritas Denmark.
Dikatakan Palani yang mendapatkan travel ban pada September 2015 kemudian melanggarnya pada Oktober 2016 itu, dia tidak bisa meninggalkan perempuan-perempuan yang sudah dilatihnya menjadi penembak jitu di Syria.
Palani ditangkap pemerintah Denmark pada 7 Desember 2016 di bawah undang-undang anti-teroris yang melarang warga Denmark bergabung dalam konfik di Syria dan Iraq. Dia dimasukkan penjara selama tiga pekan sebelum dibebaskan atas perintah hakim.
Tetapi, pilihan menjadi snipper membuatnya bangga. Palani mengaku dia menggunakan otak dan tubuhnya untuk fokus menjalankan misi. ”Anda harus sabar dan tenang. Fokus. Anda tidak bisa kehilangan konsentrasi sedikit pun. Anda akan dilindungi oleh selimut dan kamufalse,” kenangnya.
Setiap hari, Palani bangun pukul 04.00-05.00 dan langsug mengambil senjatanya, SVD, AK, dan dua granat. ”Saya akan menggunakan penutup kepala untuk menyembunyikan rambut pirang saya dan berselimut. Saya akan berbaring dan dengan jari bersiap di pelatuk,” ulasnya. (*/tia)