POJOKBANDUNG.com- Jumlah WNI yang dideportasi karena diduga terlibat jaringan terorisme bertambah. Dari sebelumnya 52 orang, kini mencapai 75 orang yang tengah ditampung di shelter Kementerian Sosial (Kemensos). Sebagian besar berasal dari Jawa Barat.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Suhardi Alius mengungkapkan, jumlah tersebut terdiri dari 41 dewasa dan 34 anak-anak. Rata-rata mereka memiliki kedekatan kekerabatan. Seperti hubungan suami-istri, anak dan cucu. Sebagian besar dari mereka dideportasi dari Turki karena hendak menyebrang ke Suriah.
“Paling kecil masih digendong tadi. Umurnya sekitar 3 minggu,” ungkapnya ditemui usai melakukan kunjungan di Shelter Bambu Apus Kemensos.
Dari assessment awal, terungkap bahwa lebih dari 50 persen berlatarbelakang well educated. Ada pakar IT, Fisika dan keuangan. Melihat basic pendidikan yang cukup tinggi, kontan menimbulkan banyak pertanyaan menyangkut proses terseretnya mereka ke dalam paham radikal.
Menyangkut hal ini Suhardi mengaku masih terus didalami. Termasuk indikasi adanya benang merah dengan kelompok radikal pimpinan Badrun Naim dan lainnya. “Nah kalau dengan pendidikan ini, tentu ini masalah ideologi. Dan ini nggak setahun dua tahun. Sedang kita dalami,” jelasnya.
Dia menjelaskan, dalam proses assessment ini, pihaknya turut melibatkan banyak pihak. Selain pendamping Kemensos, ada juga unsur ulama dari NU, Muhammadiyah dan dewan masjid. Pelibatan ini untuk memantapkan proses deradikalisasi 75 WNI yang terdeportasi tersebut.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa menuturkan, tambahan WNI tersebut tiba pada Minggu (5/2) malam. Selain dideportasi dari Turki, ada beberapa orang yang dideportasi dari Singapura dan Jepang.