POJOKBANDUNG.com- Fenomena “Om Telolet Om” yang menjadi viral di dunia maya saat ini bermula dari saat sejumlah anak muda beramai-ramai berada di pinggir jalan meminta sopir bus membunyikan klakson.
Saat sang sopir bersedia membunyikan klakson atas desakan mereka, hal itu menimbulkan kegembiraan tersendiri.
Slogan ini tiba-tiba marak di media sosial hingga internasional. Perilaku ini dinilai masih positif selama tidak mengganggu kenyamanan orang lain dan ketertiban umum.
Dari prespektif psikologi, perilaku anak muda tersebut dinilai sebagai wujud kebersamaan yang menghasilkan kebahagiaan jika berkumpul.
Anak-anak di pinggir jalan dan meminta sopir bus membunyikan klakson membuat mereka seolah-olah memiliki kuasa atas jalanan.
“Faktor kebersamaan mungkin itu muncul kalau mereka lagi bersama. Sesuatu kalau bersama-sama dan ada hasilnya itu menimbulkan rasa kepuasan, ada timbul rasa punya kuasa,” kata Psikolog Universitas Indonesia (UI) Farida Haryoko.
Farida menambahkan, perasaan puas itu membuat mereka senang dan menginginkan fenomena itu diulang-ulang. Jika berhasil meminta sopir bus membunyikan klakson, mereka akan melakukan lagi hal yang sama.
Menurutnya, perilaku itu tidak bisa dicap sebagai kenakalan remaja jika hal itu masih dalam batas kewajaran. Hanya saja, kata dia, jangan sampai perilaku itu mengganggu ketertiban umum.
“Selama tidak merugikan, have fun saja, bisa jadi hal yang lucu. Tetapi kalau sampai mengancam sopir bus tidak mau membunyikan klakson atau sampai menimpuki batu, itu sudah meresahkan,” tegasnya. (cr1/jpg/pojokbandung)