POJOKBANDUNG.com, BANDUNG–Tim Pengendalian Inflasi Daerah (FKPI dan TPID) se Jawa Barat menggelar kegiatan pertemuan rutin untuk mengevaluasi program kerja selama tahun 2016 dalam rangka pengendalian inflasi.
Selain itu, kegiatan kali ini untuk mengkoordinasikan
rencana program kerja tahun 2017 agar selaras dengan roadmap
pengendalian inflasi yang telah disusun sebelumnya.
Dalam kesempatan itu, FKPI Jabar meluncurkan e-PRIANGAN
sebagai bagian dari pengembangan Portal Informasi Harga
Pangan (PRIANGAN) yang saat ini sudah exist, yang diperkaya
dengan fitur e-Commerce.
“Dengan adanya fitur e-commerce pada PRIANGAN, PRIANGAN
tidak saja hanya menjadi penyedia data/informasi mengenai
harga komoditas terkini, melainkan sebagai portal bagi
masyarakat/konsumen dapat mengakses komoditas strategis
dengan harga yang murah dan berkualitas dari vendor rekanan
PRIANGAN,” ujar Kepala Bank Indonesia Jabar, Rosmaya Hadi di
sela-sela acara, di KPw BI Jabar
, Jumat (16/12).
Rosmaya menyebutkan, inflasi kumulatif Jabar Barat sampai
November 2016 tercatat sebesar 2,39% (ytd) berada di bawah
inflasi nasional yang mencapai 2,59% (ytd), sementara pada
periode yang sama tahun sebelumnya inflasi Jawa Barat hanya
sebesar 2,37%.
“Namun demikian, inflasi Jawa Barat masih merupakan yang
tertinggi apabila dibandingkan dengan pairing-nya di Pulau
Jawa. Inflasi terendah di Pulau Jawa ditorehkan Provinsi DI
Yogyakarta dengan inflasi sebesar 1,93 % (ytd), disusul oleh
DKI Jakarta dan Jawa Tengah dengan inflasi sebesar 2,09%
(ytd), serta Jawa Timur, dan Banten dengan inflasi masing-
masing sebesar 2,16% (ytd) dan 2,32% (ytd),” papar Rosmaya
yang terpilih menjadi Deputi Gubernur Bank Indonesia.
Selama November 2016, dari tujuh kota yang dihitung
inflasinya di Jabar, inflasi Kota Bogor tercatat paling
tinggi yakni sebesar 3,43% (ytd), sementara yang terendah
dribukukan Kota Cirebon dengan inflasi sebesar 1,81% (ytd).
Dengan menganalisa kondisi terkini dan juga historis inflasi
Desember di Jabar, inflasi akhir 2016 diperkirakan berada
pada kisaran 4 ± 1% (yoy).
Menurut Rosmaya, beberapa faktor yang menjadi pendorong
inflasi di akhir tahun terutama faktor musiman seperti Hari
Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal serta liburan Tahun
Baru. Namun demikian, pencapain inflasi tahun 2016 ini
diyakini dalam batas bawah target inflasi nasional 4 ± 1%
(yoy).
FKPI Jabar, lanjut Rosmaya, telah menyusun Roadmap
Pengendalian Inflasi berdasarkan target pencapaian enam
permasalahan utama. Adapun permasalahan utama tersebut
diantaranya terkait Sumber Daya Manusia, Infrastruktur &
Logistik, Konektivitas, Kelembagaan, Tata Niaga, dan
Teknologi.
Dia menambahkan, pada 2017, upaya pengendalian inflasi
diharapkan dapat bersinergi dengan pengembangan ekonomi
daerah melalui pemberdayaan masyarakat dalam bentuk konkrit
dan aksi nyata.
“Kami mengharapkan dukungan penuh dari segenap stakeholders,
khususnya dari Gubernur Jabar dalam kaitan pemberdayaan
masyarakat tersebut, misalnya melalui sinergi program-
program pengembangan UMKM, pemberdayaan koperasi dan
peningkatan peran BUMD, baik dalam peningkatan ekonomi
maupun pengendalian inflasi,” pungkas Rosmaya. (nto)