POJOKBADNUNG.com, – Warga Jawa Barat mendapat kabar duka ditengah pesta pora gelaran Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX/2016. Banjir bandang, longsor, menerjang beberapa kota/kabupaten di tanah legenda. Puluhan warga tewas, ribuan rumah rusak.
Sedikitnya empat daerah diantaranya; Kab Garut, Kab Sumedang, Kab Cianjur dan Kab Bandung yang dihantam bencana. Dampak paling hebat dialami Kab Garut. Dimana tak kurang 22 nyawa melayang, dan sekitar 500 an rumah rusak parah. Data tersebut bisa saja bertambah karena Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) beserta pemerintah setempat masih melakukan pendataan.
Banjir bandang menerjang tujuh kecamatan di Kabupaten Garut, Jawa Barat, Selasa malam (20/9/2016) sejak pukul 22.00 WIB.
Tujuh kecamatan yang terkena adalah Kecamatan Bayongbong, Garut Kota, Banyu Resmi, Tarogong Kaler, Tarogong Kidul, Karang Pawitan dan Samarang.
Sampai sekarang pencarian dan penyelamatan korban banjir bandang di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat, masih terus dilakukan oleh Tim SAR gabungan.
Jumlah korban jiwa banjir bandang di Kabupaten Garut terus bertambah. Hingga Rabu (21/9/2016) pukul 19.30, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jabar mencatat 22 korban jiwa.
Sedangkan 16 warga lainnya masih dinyatakan hilang. Kepala BPBD Provinsi Jabar Haryadi Wargadibrata mengatakan, pencarian dihentikan sementara mengingat hari yang sudah malam. Pihaknya akan melanjutkan kembali pada Kamis, pagi hari.
Dia menyebut, malam ini terdapat 732 warga yang harus mengungsi karena rumahnya rata dihantam banjir bandang. “Catatan terakhir sekitar 500 rumah yang terkena banjir bandang,” kata Haryadi saat dikonfirmasi, Rabu (21/9/2016) malam.
Menurutnya, banjir bandang hampir terjadi merata di tujuh kecamatan. Kecamatan tersebut adalah Tarogong Kidul, Tarogong Kaler, Garut Kota, Banyuresmi, Bayongbong, Wanaraja, dan Karangpawitan.
“Semua hampir sama, merata banjirnya,” kata dia.
Pihaknya telah mengirimkan tim yang terdiri dari petugas data informasi, SAR, dan logistik.
“Sekarang ditambah oleh pihak lain. Jadi sudah lebih banyak lagi,” katanya.
Sementara itu, Keinginan Kentaro Mukti, 11, untuk pergi berenang akhirnya tidak bisa terealisasi. Karena bocah kelas 5 SD itu menjadi salahsatu korban tewas akibat musibah tanah longsor di Blok Cimareme RT 05 RW 11Kelurahan Pasanggrahan Baru Kecamatan Sumedang Selatan, Selasa (20/9/2016) malam. Kentaro menjadi korban tewas bersama ibunya Desi, dan kakak pertamanya, Mima, 15. Sementara ayahnya, Hidayat dan kakak kedua Kentaro, Gia, 12, lolos dari maut.
Hidayat menuturkan, peristiwa longsor terjadi sekitar pukul 20.00. Saat itu kondisi cuaca sedang dalam keadaan hujan lebat sejak sore hari.
“Saya sama isteri dan dua anak saya yang lain sedang nonton TV, Kentaro sedang main laptop di kamarnya. Sebelum kejadian itu saya nyuruh dia tidur, dia bilang dia mau renang besok, ngga taunya malah seperti ini (tewas),” kata Hidayat saat di temui di ruang pemulasaraan jenazah RSUD Sumedang, dini hari kemarin.
Dia menuturkan, saat kejadian, dia dan anak keduanya berhasil menyelamatkan diri dengan berlari keluar rumah. Sementara isteri dan dua anaknya tidak sempat menyelamatkan diri. Akibatnya, korban tertimbun longsoran tebing setinggi 100 meter. Desi dan Mima berhasil langsung ditemukan, sementara jenazah Kentaro baru bisa ditemukan sekitar pukul 06.00 oleh tim SAR gabungan dibantu warga.
“Kedengaran suara gemuruh, saya sama Gia langsung keluar. Tapi isteri sama anak-anak saya yang lain tidak sempat,” ujarnya.