POJOKBANDUNG.com, SOREANG – Dinas Pengelolaan pajak dan Keuangan Daerah (DPPKD) Kabupaten Bandung dibuat pusing. Dua bulan jelang masa berakhirnya pembayaran Pajak bumi dan Bangunan (PBB), target pendapatan dari sektor tersebut baru tercapai setengahnya.
Kepala Bidang PBB pada Dinas Pengelolaan pajak dan Keuangan Daerah (DPPKD) Kabupaten Bandung, Awan Hermawan mengatakan, jatuh tempo pembayaran PBB akan berkahir September mendatang. Artinya hanya kurang dari dua bulan lagi masyarakat diharuskan membayar.
“Pendapatan PBB sampai saat ini baru sekitar 50 persen saja dari target,” tutur Awan, Kamis (11/8/2016).
Diungkapkan dia, target pendapatan PBB tahun ini sebesar Rp70 miliar. Walaupun jatuh tempo hanya tinggal kurang dari dua bulan, namun Awan yakin akan mencapai target.
“Sudah menjadi kebiasaan, masyarakat membayar PBB diakhir jatuh tempo. Makanya sudah satu bulan ini antrean pembayaran selalu penuh, bahkan melebihi kursi antrean,”katanya.
Keyakinan tersebut muncul dari pengalaman tahun lalu. Menurut Awan, pada 2015 DPPKD Kabupaten Bandung hanya mengargetkan pendapatan dari PBB sebesar Rp69,5 miliar. Namun capaian pendapatan mencapai Rp82 miliar.
Kesadaran masyarakat dalam membayar pajak, kata Awan sudah cukup tinggi.
“Untuk partisipasinya susah dihitung kalau harus dipersentasekan, tapi cukup tinggi. Potensi PBB juga tidak bisa dihitung,” katanya.
Banyaknya proses jual beli tanah dan bangunan juga menjadi pendapatan bagi pemerintah daerah. Menurut BPHTB juga menjadi salah satu bagian dari target pendapatan PBB.
Awan melanjutkan, jika melihat partisipasi, swasta merupakan wajib pajak paling taat. Hampir semua industri terutama, pelaku eksport selalu bayar PBB secara rutin dan tepat waktu.
“Salah satu persyaratan bisa melakukan eksport itu harus melampirkan slip PBB, jadi mereka selalu bayar tepat waktu,” ungkapnya.
Keberadaan Jalan Tol Purbaleunyi kata Awan, cukup berkontribusi besar terhadap pendapatan PBB di Kabupaten Bandung.
“PBB dari Purbaleunyi itu mencapai Rp 9 miliar setiap tahunnya, memang itu terbesar,”katanya. (mld)