Mantan Napi di Kabupaten Bandung Raih Penghargaan

mantan napi

Mantan Napi raih penghargaan

POJOKBANDUNG.com, SOREANG – Menjadi mantan narapidana, tidak membuat Wulan Diasari ,42, kehilangan semangat, bahkan dia mampu berbuat banyak untuk masyarakat termasuk kaum difabel.

Tidak heran, ibu empat orang anak warga Desa Cimekar Kecamatan Cileunyi tersebut mendapat anugrah Sabilulungan Award dari Bupati Bandung saat perayaan Hari Sumpah Pemuda kemarin.

Diceritkan Wulan, pada 2010 lalu, dia tersandung masalah hukum yang mengharuskannya mendekam selama dua bulan di Polsek Cileunyi dan empat bulan di LP wanita Sukamiskin. “Hakim menjatuhkan hukuman enam bulan penjara, yang dipotong dua bulan masa tahanan,”tutur Wulan ketika diwawancara selepas menerima Anugrah Sabilulungan Award dari Bupati Bandung, Rabu (28/10/2015).

Sebetulnya, masalah hukum yang dialami wulan tidaklah berat, dia hanya menjadi korban kenalannya yang melakukan penggelapan mobil rental. “Ada kenalan yang mau rental mobil, saya jadi penghubungnya, eh tidak tahunya mobilnya dibawa kabur, makanya saya yang kena hukum,”ungkapnya.

Mendapat pengalaman mendekam di dalam jeruji besi, membuat Wulan sedikit drop, bahkan ketika masa hukumannya telah selesai dijalani, dia sempat merasa minder. Anggapan terhadap mantan narapidana masih menempel di masyarakat jika mereka merupakan sampah masyarakat.

Sebagai mantan narapidana, dia beranggapan jika hal yang sama juga dirasakan oleh sesama mantan narapidana lain. Oleh sebab itu, perempuan berkerudung tersebut mengkoordinir mantan-mantan narapidana untuk membuktikan kepada massyarakat bahwa mantan pesakitan bukanlah sampah masyarakat yang tidak berguna.

“Ada beberapa orang yang saya kordinir, tapi tidak terlalu banyak. Makanya saya memberanikan diri mendatangi Dinsos Kabupaten Bandung untuk meminta. Data WBP (Warg Binaan Pemasyarakatan),”ujarnya.

Setelah itu, dia kemudian membuat majlis taklim para mantan narapidana. Selain itu, kegiatan-kegiatan sosial juga dilakukannya. “Awalnya, kami ingin fokus menolong kaum perempuan, tapi pada perkembangannya setelah berdiskusi dan melihat kondisi di lapangan, akhirnya fokus garap mengerucut pada anak-anak difabel yang kebanayakan terlantar,”paparnya.

Setelah berjalan beberapa waktu, banyak ibu-ibu yang membawa anak difabel untuk diurus oleh Wulan. Makin lama, jumlahnya makin banyak, sementara ketersediaan anggaran untuk membantu mereka terus menipis. “Awalnya kami hanya mendapat donatur tetap dari kenalan saya. Tapi dengan jumlah anak difabel yang dibantu terus bertambah, maka saya berfikir harus mencari usaha, soalnya tidak mau dari proposal bantuan,”imbuhnya.

Dari pemikiran tersebut, Wulan kemudian membangun usaha sendiri, yakni membuat rempeyek bayam. Hasil keuntungan dari penjualannya, sebagian digunakan untuk membantu anak-anak difabel. Dan sampai sekarang, kegiatan tersebut terus berjalan. Sehingga, menjadikannya mendapat anugrah sabilulungan award dari Bupati Bandung sebagai penghargaan atas kiprahnya.

Selain Wulan, ada tiga orang lain yang memperoleh penghargaan serupa, yakni Pemilik Label dan Bengkel Sepatu Novi Herlina ,27, Ketua Umum Asosiasi Petani Teh Indonesia Nugroho B Koesnohadi ,56, serta Pemilik Produk Makanan ‘Bolu Otang’ Idan Muhammad Ramdan ,45.

Penghargaan tersebut sebagai sebagai bentuk penghargaan dari pemerintah setempat atas kontribusi yang telah diupayakan para tokoh pemuda itu terhadap perkembangan berbagai hal di Kabupaten Bandung. Seperti salah satu dari salah satu penerima penghargaan Novi Herlina, pengusaha muda yang memproduksi sepatu hasil karya sendiri.

Bupati Bandung, Dadang M Naser mengatakan, pemberian sabilulungan award tersebut sebagai motivasi bagi warga Kabupaten Bandung terutama para pemuda untuk bisa menunjukan prestasinya.

“Saya terharu, ada warga Kabupaten Bandung yang bisa berbuat untuk orang banyak seperti Wulan, yang mau menyisihkan keuntungannya untuk anak-anak difabel, itu harus dijadikan contoh oleh para generasi muda,”ujarnya. (mld)

Feeds