POJOKBANDUNG.com, BANDUNG – Calon Walikota Bandung nomor urut 4, Arfi Rafnialdi melanjutkan program mapay lembur. Kali ini dia menginap di Wilayah RT 6 dan 7 di RW 7, Kelurahan Babakan Tarogong, Kecamatan Bojongloa Kaler yang punya nama lain, Blok Banjir.
Beberapa informasi diterima dari warga. Salah satunya, Blok Banjir mengalami kekurangan air saat kemarau, tapi banjir ketika musim hujan
Saat menginap di Sekretariat Karang Taruna Tunas Bhakti, Arfi melihat langsung bagaimana masyarakat bergantung ke fasilitas penyediaan air untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Ia akhirnya menghubungi Prof Indratmo, seorang ahli Teknik Sumber Daya Air sekaligus Guru Besar Teknik Sipil dan Lingkungan ITB untuk membahas solusi.
“Menjadi kepala daerah, mesti mampu mengakses figur-figur pintar dari berbagai disiplin untuk bersama-sama menghadirkan solusi atas persoalan di Kota Bandung,” tutur dia.
“Melaksanakan rangkaian kegiatan Mapay Lembur 40 Jam Bersama Warga. Ternyata, ada wilayah yang bernama Blok Banjir. Saya banyak bertanya ke beliau (Prof Indratmo) untuk menghadirkan solusi engineering atas persoalan di Blok Banjir,” dia melanjutkan.
Kang Arfi menyatakan siap mengikuti saran Prof Indratmo perihal penanggulangan banjir dan ketersediaan air bersih di Blok Banjir maupun wilayah lain di Kota Bandung jika mendapat kepercayaan dari masyarakat untuk memimpin di Kota Bandung.
Seusai melihat kondisi Blok Banjir, Prof Indratmo mengemukakan sejumlah solusi untuk meminimalisasi banjir serta menguatkan penyediaan air bersih bagi masyarakat setempat. Menurut dia, penyelesaian dua hal itu dinilai memungkinkan.
Untuk penanggulangan banjir, solusinya menyediakan kolam retensi di kawasan hulu, penerapan teknik rekayasa pada drainase, manajemen air dengan pompa.
Dia mencontohkan penanggulangan banjir dengan penerapan teknik rekayasa, yakni dengan memasangkan katup pada di pipa-pipa di saluran. Katup itu diatur tertutup saat muka air tinggi, kemudian kembali terbuka saat saluran surut.
Perihal penyediaan air bersih yang termasuk kebutuhan dasar masyarakat, Prof Indratmo memberi masukan kepada pemerintah, yakni meningkatkan cakupan layanan Perumda Tirtawening. Dia menyebutkan, pemenuhan kebutuhan air bersih mesti berasal dari air permukaan.
“Tadi sempat ada warga yang bilang bahwa air dari kedalaman 80 meter. Ketika hal itu terus terjadi, air di dalam tanah semakin dalam, terus turun 1 meter per tahun. Ada ibu yang sempat bilang, punya sumur air dangkal dengan kedalaman 8 meter. Saya jamin, saat ini sumur itu kering,” ujar Prof Indratmo.
Perihal sumber air baku untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, Prof Indratmo mengungkapkan, tengah berproses optimalisasi potensi air permukaan. Salah satu di antaranya, menarik air dari Waduk Saguling.
Telah ada studi ihwal penggunaan air pada Waduk Saguling untuk pemenuhan kebutuhan warga -termasuk di Kota Bandung-. “Kolam-kolam retensi pun termasuk potensi untuk menangani tantangan dalam pemenuhan air masyarakat,” ucap Prof Indratmo.