Skala Institute dan Ragaplasma Rilis Hasil Survei Pilkada 2024 di 6 Wilayah Jabar

Ilustrasi. Foto: jawapos.com

Ilustrasi. Foto: jawapos.com

POJOKBANDUNG.COM– Skala Institute bersama Ragaplasma Research mencatat persaingan menarik di enam wilayah pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024. Beberapa pasangan calon (paslon) cenderung memiliki memiliki peluang menang meski dengan modal elektabilitas yang berbeda-beda.

Wilayah yang menjadi sasaran penelitian adalah Kota Bandung, Kabupaten Garut, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Majalengka, Kota Cirebon dan Kabupaten Cianjur. Survei dilakukan pada 1-7 Oktober 2024 menggunakan multistage random sampling dengan margin of error +/- 5 persen.

Sistem pengambilan survei melakukan wawancara tatap muka terhadap 400 orang responden di masing-masing wilayah. Mereka terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan berbagai latar belakang pendidikan, ekonomi dan usia.

Hasilnya, di Kota Bandung, elektabilitas pasangan M. Farhan-Erwin berada di angka 33,75 persen. Di urutan kedua ada Haru Suandharu-Ridwan Dhani Wirianata 29 persen. Sisanya, Dandan Riza Wardana-Arif Wijaya 14,25 persen dan Arfi Rafnialdi-Yena Iskandar Masoem 13,75 persen.

Di Kabupaten Garut, persaingan dua paslon sangat ketat. Elektabilitas Helmi Budiman-Yudi Nugraha Lasminingrat berada di angka 49,25 persen. Sedangkan A. Syakur Amin-Putri Karlina membuntuti di angka 46,75 persen.

Untuk wilayah Kabupaten Bekasi, elektabilitas Dani Ramdan-Romli berada di angka 41,75 persen. Paslon lainnya, Ade kuswara Kunang-Asep Surya Atmaja berada di posisi kedua dengan angka elektabilitas 24,75 persen, dan Holik Q-Faizal Hafan Farid 19,50 persen.

Kabupaten Majalengka menyajikan persaingan antara petahana dan mantan Sekretaris Daerah. Hasilnya, Eman-Dena memiliki elektabilitas sebesar 50,10 persen. Sedangkan petahana, Karna Sobahi yang berpasangan dengan Koko Suyoko 39,80 persen.

Di Kota Cirebon, Eti Herawati-Suhendrik memiliki elektabilitas paling tinggi dengan angka 39,55 persen. Pesaingnya, Dani Mardani-Fitria Pamungkaswati 28,10 persen dan Effendi Edo-Siti Farida Rosmawati 20,67 persen.

Di Kabupaten Cianjur, petahana Herman Suherman yang berpasangan dengan Solih Ibing unggul jauh dari pesaingnya dengan elektabilitas mencapai 48,10 persen. Paslon lain, Wahyu Ferdian-Ramzi di angka 17,67 persen dan Deden Nasihin-Neneng Efa Fatimah 23,75 persen.

Direktur Skala Institute, Wahyu Ginanjar mengatakan, survei ini menunjukkan kondisi politik yang terjadi di enam daerah. Meski begitu, setiap paslon masih bisa memanfaatkan perubahan pemilih jelang masa pencoblosan.

“Ini lebih ke medical check up saja, bagi para pasangan calon terhadap situasi konstelasi pilkada. kami juga mencatat adanya potensi perubahan di Masyarakat. Beberapa indikatornya adalah karena alasan figur, kandidat, kampanye kandidat, dan kunjungan tim,” ucap dia.

Sementara itu, Direktur Ragaplasma Research, Romdin Azhar persaingan di beberapa wilayah sangat sengit, ada pula yang angka elektabilitasnya terpaut jauh. Secara peluang, semua masih punya kesempatan meskipun besar kecilnya sangat bergantung pada kinerja di sisa masa kampanye.

“Untuk meningkatkan elektabilitas sebesar 5 persen itu sangat berat. Tinggal strategi apa yang digunakan oleh paslon, basis apa yang disasar, segmentasi apa yang mau disasar. Wilayah mana yang difokuskan dengan tingkat perubahan yang masih tinggi,” terang dia.

“Semua effortnya harus menyesuaikan. Misalkan gini, paslon yang jarak (elektabilitas) masih jauh, pengen ngejar, ini jaraknya berapa kali lipat? Misalkan tiga kali lipat, berarti yang harus dilakukan adalah tiga kali lipat yang sedang dilakukan sangat ini,” pungkas Romdin. (dbs)

loading...

Feeds

POJOKBANDUNG.com – Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH) mengumumkan kerja samanya dengan Universitas Pasundan (Unpas) melalui penandatangan Nota Kesepahaman (Memorandum …