POJOKBANDUNG.com, BANDUNG – Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Provinsi Jawa Barat akan turut serta berkontribusi dalam mendukung pemerintah dalam menghadapi tantangan global ke depan.
Bahkan, bentuk dukungan itu sudah dilakukan dengan memberikan buku roadmap perekonomian Indonesia lima tahun mendatang kepada pemerintahan mendatang yang berisi berbagai rekomendasi kebijakan.
Ketua Apindo Jabar Ning Wahyu Astutik mengungkapkan, adanya konflik antara Iran dan Israel akan sangat berdampak pada perekonomian global termasuk Indonesia, sebab menyebabkan kenaikan harga minyak dunia mengingat Iran merupakan produsen minyak terbesar ke-7 dunia pada 2023, meskipun Indonesia tidak mengimpor minyak dari Iran, namun Indonesia sebagai negara net importir minyak akan ikut terdampak.
“Kenaikan harga minyak berpotensi memperlebar alokasi anggaran belanja subsidi energi. Namun demikian, Pemerintah akan menahan harga BBM tetap stabil hingga Juni 2024. Konflik juga berpotensi menyebabkan inflasi dan menaikkan tingkat suku bunga. Selain itu, menyebabkan keluarnya investasi asing ke aset yang lebih aman, serta menganggu ekspor Indonesia yang pada akhirnya menyebabkan turunnya pertumbuhan ekonomi Indonesia,” papar Ning, melalui keterangan pers yang diterima Redaksi, Minggu (28/4/2024).
“Kami mengajak seluruh stakeholder untuk selalu optimis dan bersatu padu dalam menghadapi tantangan global dari adanya konflik Israel-Iran, karena hal itulah yang membuat Indonesia berhasil menghadapi berbagai tantangan, mulai dari pandemi Covid-19 hingga konflik Rusia-Ukraina pada 2022, serta resesi global pada 2023,” sambungnya.
Ning menegaskan, Apindo Jabar akan turut berperan menjaga kondusivitas dunia usaha di Jabar yang merupakan provinsi yang berkontribusi besar terhadap ekonomi nasional dengan nilai investasi tertinggi sebesar 14,84% dari nasional, jumlah kawasan industri terbanyak dengan 51 kawasan industri,.
Kemudian, kontribusi PDB Jabar di peringkat ketiga setelah DKI Jakarta dan Jawa Timur, yang mencapai 12,56% dari nasional di mana sektor manufaktur Jabar tertinggi yang mencapai 28,18% dari nasional, ekspor Jabar yang menyumbang 14,15% dari nasional, dan juga Jumlah penduduk Jabar tertinggi di Indonesia, mencapai 17,86% dari total nasional.
Baca Juga: Apindo Jabar Buka Suara Soal Tuntutan Serikat Pekerja Terkait Upah dengan Masa Kerja 1 Tahun
“Meskipun menjadi provinsi dengan realiasi investasi tertinggi 6 tahun berturut-turut, Jabar menghadapi tantangan berupa jumlah pengangguran tertinggi yang mencapai 1,8 juta jiwa atau 24% dari nasional. Hal ini menjadi tantangan bersama yang harus diselesaikan melalui kolaborasi pentahelix antara pengusaha, pemerintah, serikat pekerja, akademisi, dan media,” imbuhnya.
Di sisi lain, kata Ning, Jabar juga mengalami pergeseran investasi yang mulanya padat karya menjadi padat modal di mana pada 2016 penyerapan tenaga kerja per 1 triliun investasi sebesar 3.497 orang
namun pada 2023 hanya mencapai 1.203 orang.
Baca Juga: Peringati Hari Otonomi Daerah, Komitmen Menuju Ekonomi Hijau dan Lingkungan yang Sehat
Terkait itu, Ketua Apindo Jabar dan Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara berpandangan bahwa transformasi kebutuhan tenaga kerja menjadi tantangan bersama dan perlu adanya peningkatan kualitas SDM untuk menciptakan dayasaing, yang mana hal tersebut dapat dicapai dengan adanya kolaborasi antara dunia usaha dengan pemerintah.
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara dan Ketua Apindo Jabar Ning Wahyu Astutik sepakat bahwa dalam meningkatkan kualitas SDM maka anggaran pendidikan harus dikelola dan dimaksimalkan untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing. Salah satunya melalui dana abadi pendidikan sebesar RP139 triliun yang terakumulasi sejak 2010 – 2023.
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menyampaikan bahwa dana abadi tersebut dikelola untuk
menjawab tantangan masa depan dalam bentuk pendanaan riset dan pemberian beasiswa pendidikan LPDP yang hingga saat ini sudah membantu 45.496 putra putri Indonesia untuk mendapatkan gelar pendidikan.