POJOKBANDUNG.com, CIMAHI – Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Cimahi mengklaim jika angka pengangguran di wilayahnya mengalami penurunan. Padahal, Kota Cimahi diketahui menjadi kota dengan angka pengangguran terbanyak kedua setelah Kota Bogor.
Berdasarkan data BPS, hingga Agustus 2022 ada 2,13 juta penduduk Jawa Barat yang menganggur, sebanyak 10,77 persennya merupakan masyarakat Kota Cimahi atau sekitar 30 ribu lebih. Sementara angka pengangguran tertinggi dipegang Kota Bogor dengan 10,78 persen.
Sebelumnya, berdasarkan data BPS yang dirilis tahun 2021, angka pengangguran di Kota Cimahi mencapai 38.193 orang atau 13,03 persen.
Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Cimahi, Yanuar Taufik mengatakan, jika mengacu pada persentase BPS tahun ini, maka jumlah pengangguran di Cimahi pada tahun 2022 menurun ketimbang tahun sebelumnya. Kendati, Kota Cimahi masih berada di posisi tertinggi kedua Jabar.
“Tahun lalu 38 ribu orang pengangguran, tapi kalau melihat angka itu sebetulnya kan menurun dibanding tahun 2021. Mungkin, sekarang 30 ribuan lebih jumlahnya,” katanya, (14/11).
BACA JUGA: Hadirkan Beragam Kuliner Khas Daerah, Festival Legendaris GrabFood Digelar di Kota Bandung
Ia menjelaskan, jumlah pengangguran tersebut merupakan angka angkatan kerja yang belum mendapatkan pekerjaan.
“Di Kota Cimahi ada sekitar 270 ribu tenaga kerja yang dibagi menjadi dua klasifikasi, yakni angkatan kerja dan bukan angkatan kerja,” jelasnya.
Ia menuturkan, angkatan kerja merujuk pada seseorang yang ada pada usia produktif untuk bekerja di luar pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga, pensiunan, hingga lansia.
Sementara, sambung dia, yang bukan angkatan kerja merupakan mereka yang dikecualikan dari klasifikasi angkatan kerja.
“Jadi usia tenaga kerja di kita hampir 270 ribu, nah penganggur itu jadi pembilang. Jadi ya hitungannya tahun 2021 itu 39 ribu/270 ribu kan sekitar 13 persenan. Nah, tahun ini turun jadi 10,77 persen, atau sekitar 30 ribuan/270 ribu,” sambungnya.
Selain menjadi kota dengan angka pengangguran tertinggi, ia mengaku khawatir dengan adanya ancaman resesi global pada tahun 2023 mendatang. Menurutnya, kondisi resesi 2023 dikhawatirkan bakal berdampak terhadap industri di Kota Cimahi.
Terlebih, tambah dia, di Kota Cimahi mayoritas termasuk wilayah padat karya, seperti garmen dan tekstil yang saat ini sudah terdampak krisis negara-negara di Eropa.
“Ini kan menjelang resesi, sedikit banyak pasti berdampak, tapi kita berdoa mudah-mudahan tidak terlalu. Kita tahu di Cimahi ini kan dominasi industrinya itu tekstil dan garmen,” pungkasnya.
(kus)