POJOKBANDUNG.com- Masyarakat Bali, Nusa Tenggara (Nusra) dan sebagian Pulau Jawa, tampaknya, masih harus bersabar dengan fenomena cuaca panas yang terjadi sejak awal bulan Oktober.
Dalam rilis resminya, Plt. Deputi Bidang Klimatologi BMKG Urip Haryoko, mengatakan, pada bulan Oktober, kedudukan semu gerak matahari tepat berada di atas Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara (Nusra) dalam perjalanannya menuju posisi 23 lintang selatan setelah meninggalkan ekuator.
“Posisi semu Matahari di atas Pulau Jawa akan terjadi 2 kali yaitu di bulan September/Oktober dan Februari/Maret. Karena itu puncak suhu maksimum sangat terasa di wilayah Jawa, Bali hingga NTT terjadi di seputar bulan-bulan itu,” ujar Urip Haryoko dalam rilis resminya.
Fenomena gerak semu matahari merupakan siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun
Karena itu, potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya. Cuaca panas juga bisa disebabkan karena faktor cuaca cerah.
“Penyinaran langsung sinar matahari ke permukaan lebih optimal sehingga terjadi pemanasan suhu permukaan,” kata Urip.
Kondisi tersebut berkaitan dengan adanya Siklon Tropis Kompasu di Laut Cina Selatan bagian utara yang menarik masa udara dan pertumbuhan awan-awan hujan serta menjauhi wilayah Indonesia sehingga cuaca di wilayah Jawa cenderung menjadi lebih cerah – berawan dalam beberapa hari terakhir.
Berdasar pantauan BMKG terhadap suhu maksimum di wilayah Indonesia, suhu tertinggi siang hari tercatat > 36 °C terjadi di Medan, Deli Serdang, Jatiwangi dan Semarang pada catatan meteorologis tanggal 14 Oktober 2021.
Suhu tertinggi pada hari itu tercatat di Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah I, Medan yaitu 37,0 °C. Namun, catatan suhu ini bukan merupakan penyimpangan besar dari rata-rata iklim suhu maksimum pada wilayah ini, masih berada dalam rentang variabilitasnya di Bulan Oktober.
(lia/JPNN)