POJOKBANDUNG.com, BANDUNG – Pandemi Covid-19 sudah melumpuhkan sejumlah sektor. Bukan hanya kesehatan atau sosial yang terkena dampaknya. Satu tahun lamanya, virus asal Wuhan, China itu jadi salah satu faktor penyumbang angka jumlah pengangguran, tak terkecuali di Kota Bandung.
“Selama satu tahun terakhir, pengangguran di Kota Bandung naik dari 105.067 orang menjadi 147.081.
Kenaikan jumlah tersebut tak lain dipengaruhi faktor pandemi dan bonus demografi,” ujar Kepala Dinas Tenaga Kerja (DIsnaker) Kota Bandung, Arief Saefudin, kepada wartawan, Selasa (30/3/2021).
Arief mengatakan, pihaknya melakukan berbagai upaya untuk mengatasi tingginya angka pengangguran di Kota Bandung. Beberapa diantaranya mengadakan job fair online.
Meski demikian, kata Arief, perusahaan yang mengikuti job fair tahun lalu lebih banyak ketimbang tahun sekarang.
“Kalau tahun lalu, yang ikut job fair ini sekitar 40 perusahaan. Tahun ini hanya 25-30 perusahaan,” katanya.
Arief menambahkan, meski tak banyak perusahaan yang terlibat dalam job fair tahun 2021, hal ini menunjukkan masih ada perusahaan yang bisa bertahan di Kota Bandung.
“Tidak semua perusahaan di Kota Bandung gulung tikar. Masih ada yang bisa bertahan dan tidak terdampak Covid-19. Tinggal bagaimana kita bisa bersaing mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan,” paparnya.
Meski job fair diselenggarakan di Kota Bandung. Namun yang melamar kerja tidak hanya berasal dari Kota Bandung, bahkan ada yang berasal dari Jawa Timur.
“Berdasarkan catatan kami, ada satu pabrik yang 65 persen karyawannya merupakan warga Kota Bandung. Harapan saya, prosentasenya bisa lebih besar, misalnya 80 persen warga Kota Bandung, 20 persen warga luar Kota Bandung,” paparnya.
Arief mengungkapkan, yang harus dimiliki pencari kerja selain kemampuan akademis juga kemampuan berbahasa asing.
“Karena salah satu kendala yang dihadapi pencari kerja, adalah ketidak mampuan menguasai bahasa asing. Terutama yanng ingin mencari kerja ke luar negeri,” paparnya.
Arief menceritakan, bagaimana pencari kerja yang mengikuti pelatihan untuk bekerja ke Jepang, dari 32 orang yang mengikuti pelatihan hanya dua orang yang lolos karena terkendala bahasa.
“Kalau kemampuan akademis mereka standar ya, bisa didapatkan dan dikuasai dengan mudah. Yang sulit adalah kemampuan bahasa,” tuturnya.
Untungnya, lanjut Arief, pihak Kota Toyota Jepang, memfasilitasi untuk belajar lagi. Sehingga masih ada kesempatan lagi, tinggal bagaimana memanfaatkannya.
Selain menggelar job fair, Arief juga mengatakan pihaknya menggelar pelatihan.
“Jika sebelumnya pelatihan dilakukan secara online, sekarang bisa dilakukan secara offline, hanya saja harus memperhatikan protokol kesehatan yang tinggi,” tandasnya.