POJOKBANDUNG.com – Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Beijing Yaya Sutarya perkembangan terkini dunia pendidikan di Tiongkok. Diantaranya adalah Presiden Tiongkok Xi JinpingKi mewajibkan setiap kampus di negerinya memiliki dua jenis kantin.
Salah satunya adalah kantin halal. Kondisi tersebut tentu menjadi kabar yang baik. Khususnya bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam.
“Masyarakat Indonesia tidak perlu ragu lagi kalau mau kuliah di Tiongkok,” katanya dalam webinar pendidikan Memaknai Peran Mahasiswa Universitas Terbuka (UT) Luar Negeri dalam Merdeka Belajar pada Minggu (7/2).
Yaya juga menuturkan, kebijakan Presiden Xi Jinping itu berlaku untuk kampus di seluruh Tiongkok. Dia lantas menjelaskan biaya kuliah di Tiongkok lebih murah ketimbang di Jakarta. Sebab pemerintah setempat memberikan subsidi hingga 75 persen. Diantaranya adalah subsidi makanan.
“Kalau makan di luar kampus bisa 30 yuan (sekitar Rp 64 ribu, Red). Tetapi kalau makan di kantin kampus sekitar 5 yuan sampai 10 yuan (sekitar Rp 10 ribu sampai Rp 20 ribu, Red),” jelasnya.
Selain itu, Yaya mengatakan, saat ini jumlah mahasiswa di Tiongkok mencapai 15.760 orang. Angka itu diprediksi akan makin banyak, karena pemerintah Tiongkok saat ini juga menawarkan beasiswa. Pendaftaran beasiswa ini dibuka sampai pertengahan Maret depan. Kuota beasiswa untuk mahasiswa asing sebanyak 3.000 orang. Sedangkan untuk Indonesia, kuotanya sekitar 600 orang.
Yaya juga menuturkan, mahasiswa UT di Indonesia maupun yang tersebar di penjuru dunia bisa memanfaatkan beasiswa tersebut. Selama memenuhi kriteria. Kuliah di Tiongkok juga ada yang mewajibkan mengikuti pelatihan bahasa Tiongkok selama setahun.
Kemampuan berbahasa Tiongkok itu sendiri juga memiliki keunggulan. Seperti untuk melamar sebagai penerjemah bahasa di perusahaan-perusahaan Tiongkok di Indonesia. Dia mengungkapkan rata-rata gaji penerjemah di perusahaan Tiongkok di Indonesia cukup besar.
Komjen RI untuk Hongkong dan Macau Ricky Suhendar juga ikut memberikan apresiasi khusus kepada para pekerja migran Indonesia (PMI) di Hongkong yang kuliah jarak jauh di UT. Menurut dia kuliah sambil bekerja membutuhkan disiplin dan motivasi yang kuat.
“Kuliah untuk peningkatan kapasitas. Ini penting,” jelasnya.
Sebab menurut Ricky, para PMI tersebut tidak selamanya bekerja di Hongkong. Sehingga dengan kuliah bisa menjadi bekal hidup saat kembali ke kampung halaman.
(jpg)