POJOKBANDUNG.com, BANDUNG – Tarif murah yang ditawarkan aplikator transportasi online memicu terjadinya persaingan tidak sehat antar sesama pengemudi. Iklim kompetisi yang terjadi di lini bisnis harus tetap mempertimbangkan sisi psikologis mitra.
Founder Forum May Day, Dedi Sumarna mengatakan kehadiran aplikator baru yang menetapkan harga jauh lebih murah memang menguntungkan konsumen. Namun, hal ini membuat mitra yang bergerak di industri ini akan terganggu.
Ia mengakui kehadiran pesaing dapat memberi motivasi untuk memberikan pelayanan lebih baik. Namun, jika ada persaingan harga yang tidak sesuai, maka iklim kompetisi yang sehat pun tidak bisa diciptakan.
“Kami sesama driver ojol di lapangan tidak ada masalah dengan kehadiran driver Maxim, kita sama-sama cari nafkah. Tapi yang jadi masalah Maxim kasih harga ngebanting banget, kosumen kami jadi berkurang drastis gara-gara persaingan harga yang tidak sehat,” ujar Dedi saat dihubungi Jumat (11/12/2020).
“Sebelumnya Maxim bahkan kasih harga sekitar Rp3.000, sekarang Rp7.900. Sementara kita (Gojek) kasih harga ke penumpang Rp10.000. Konsumen pasti akan beralih ke aplikator yang memberi harga lebih murah,” ucap dia lagi.
Pertimbangan lain adalah, mitra yang sebelumnya sudah lama bergabung dengan aplikator yang dulu sempat menghormati aturan pemeritah yang meminta berhenti beroperasi karena pandemi.
“Sekarang kami gak khawatir karena sekarang tarifnya sama. Tinggal tergantung pilihan konsumen. Kami cukup bersaing memberikan layanan terbaik. Tapi kalau ada yang banting harga, ya Gojek dan Grab tersingkir,” Tambahnya.
“Ada beberapa komunitas (ojol) besar di Bandung, seperti HDBR, GBC, Singel Fighter, dan lainnya. Saya berharap komunitas besar ini berkumpul lagi untuk mendiskusikan langkah tepat apa yang akan diambil. Kalau May Day sendirian, tidak bisa mengatasnamakan seluruh Bandung,” pungkasnya.