Inilah 6 Kutipan Surat Kartini Terkait Agamanya

Lukisan-Raden-Ajeng-Kartini

Lukisan-Raden-Ajeng-Kartini

 

POJOKSUMUT.com, JAKARTA – Masih ada yang menanyakan, Apa agama Kartini? Kartini. Bagi seorang perempuan Jawa yang hidup dalam kungkungan tradisi yang sangat lekat, agama tampak hanya menjadi sebuah bendera saja.

Tapi Kartini mengahayati agama dengan pemikiran jernihnya, bertanya, lantas menghubungkannya dengan kenyataan hidup; sebagai seorang perempuan Jawa.
Raden Ajeng Kartini dilahirkan di tengah keluarga yang memegang teguh tata aturan adat Jawa yang sangat ketat.

Lahir di Jepara pada 21 April 1879 dari darah seorang Bupati Jepara, RM Sosroningrat, membuat Kartini dituntut menjaga cara berbicara, cara berjalan, pola hidup, hingga masa depan.

Hal itulah yang membuat Kartini merasa harus keluar dari kungkungan seorang perempuan Jawa yang arah hidupnya hanya harus menjadi seorang Raden Ayu.

Majalah Tempo edisi khusus Kartini April 2013 mencatat seorang gadis berarti harus kawin, dimiliki seorang laki-laki, tanpa mempunyai hak untuk bertanya apa, siapa, dan bagaimana.

Termasuk urusan Agama, Kartini menjadi seorang yang sangat kritis menuntut pemahaman inti agama yang sesungguhnya.

Berikut 6 kutipan surat-surat Kartini soal Agama:

“Hanya ada satu kemauan, yang boleh dan harus kita punya: kemauan untuk mengabdi kepadanya:Kebajikan (Surat Oktober 1900 kepada Ny.M.C.E. Ovink Soer)

“Anak – anak dari satu Bapak, dasar segala agama dara dan saudari jadinya, harus saling cinta-mencintai, artinya tunjang-menunjang, bertolong-tolongan. Tolong-menolong, tunjang-menunjang, cinta-mencinta, itulah nada dasar segala agama (Surat 21 Juli 1902 kepada Ny. Van Kol)

“Kami bernama orang-orang Islam karna kami keturunan orang-orang Islam, dan kami adalah Islam hanya pada sebutan belaka, tidak lebih. Tuhan, Allah, bagi kami adalah seruan, adalah bunyi tanpa makna. Demikianlah kami hidup terus sampai terbitlah matahari yang akan mendatangkan pergulingan di dalam kehidupan rohani kami. (Surat 15 Agustus 1902 kepada E.C Abendanon)

“Saya bertekad dan berupaya memperbaiki citra Islam, yang selama ini kerap menjadi sasaran fitnah. Semoga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat agama lain memandang Islam sebagai agama disukai. (Surat kepada Ny Van Kol, tanggal 21 Juli 1902)

“Sudah lewat masanya, semula kami mengira masyarakat Eropa itu benar-benar yang terbaik, tiada tara. Maafkan kami. Apakah ibu menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa di balik yang indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal yang sama sekali tidak patut disebut peradaban.

“Tidak sekali-kali kami hendak menjadikan murid-murid kami sebagai orang setengah Eropa, atau orang Jawa kebarat-baratan. (Surat 27 Oktober 1902 kepada Ny Abendanon)

“Ingin benar saya menggunakan gelar tertinggi, yaitu Hamba Allah. (Surat kepada Ny Abendanon, bertanggal 1 Agustus 1903)

(sta/pojoksatu/sdf)

loading...

Feeds

POJOKBANDUNG.com – Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH) mengumumkan kerja samanya dengan Universitas Pasundan (Unpas) melalui penandatangan Nota Kesepahaman (Memorandum …