POJOKBANDUNG.com, BANDUNG – Calon Bupati Bandung nomor urut 3, Dadang Supriatna-Sahrul Gunawan sangat berpotensial menang pada Pemilihan kepala daerah (Pilkada) Kabupaten Bandung, pada 9 Desember 2020 mendatang. Hal tersebut berdasarkan analisis hasil survey Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Network Denny JA, yang dilakukan pada 2- 6 November 2020, dengan menggunakan metode standar. Yaitu multistage random sampling, wawancara tatap muka dengan jumlah responden 440, dan margin of error 4,8%.
Namun, pasangan calon Bupati/Wakil Bupati lainnya masih berpotensi untuk memenangkan Pilkada Kabupaten Bandung. Karena nilai soft suporter yang masih cukup tinggi.
Peneliti senior Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA/ Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Network Denny JA, Toto Izul Fatah mengatakan peluang menang buat pasangan calon yang lain, khususnya Kurnia-Usman tetap terbuka. Mengingat masih ada pemilih soft suporter yang cukup besar, yaitu 52,2%.
“Pemilih yang seperti itu biasa disebut dengan lahan tak bertuan. Yaitu pemilih yang masih bisa diperebutkan oleh siapa saja,” ujar Toto saat wawancara di Bandung, Minggu (15/11).
Berdasarkan pengalaman LSI dalam melakukan survei selama ini, lanjut Toto, tidak mudah bagi setiap pasangan calon untuk bisa memperoleh dukungan suara, dalam waktu yang kurang dari satu bulan ini.
“Apalagi untuk bisa merebut separuh dari 52,2% itu,” sambungnya.
Toto mengungkapkan Calon bupati dan wakil bupati nomor urut 3, Dadang Supriatna-Sahrul Gunawan telah mengantongi modal elektabilitas cukup tinggi yaitu 45.9%. Sementara pasangan Kurnia Agustina-Usman Sayogi sebesar 28,9%. Dan , pasangan Yena Iskandar – Atep Rizal hanya 13,4% saja.
“Potensi kemenangan pasangan yang diusung, antara lain, PKB, Nasdem, Demokrat, PKS dan sejumlah parpol non kursi ini terpotret dari beberapa variabel penting dalam survei. Misalnya, dukungan unggul yang relatif merata di hampir semua segmen demografis seperti gender, usia, suku, agama, Ormas, tingkat pendidikan, penghasilan, profesi, bahkan pemilih parpol,” tutur Toto.
Keunggulan pasangan DS-Sahrul ini juga terpotret merata di hampir seluruh daerah pemilihan (dapil). Kecuali, dukungan cukup kompetitif dengan pasangan Kurnia-Usman yang di usung Partai Golkar di dapil 5. Yaitu, Majalaya, Paseh, Ibun dan Solokanjeruk.
“Faktor lain yang bisa mengantar pasangan DS-Sahrul terpilih menjadi bupati dan wakil bupati kabupaten Bandung ini karena secara personal, DS sudah mengantongi pemilih yang berkategori strong supporter (pemilih militan yang tak akan berubah sampai hari H pemilihan), yaitu sekitar 24,5%. Disusul Kurnia Agustina 18,0% dan Yena Iskandar Ma’soem 5,0%,” paparnya.
Menurut Toto, hanya tsunami politik dan money politic yang bisa mengubah peta dukungan secara drastis. Bahkan, bisa membuat hasil survei meleset jauh. Toto melanjutkan, jika setiap pasangan mau bekerja keras, sebenarnya masih ada peluang untuk merebut soft suporter yang masih tinggi itu. Yaitu dengan mendongkrak tingkat pengenalan masing-masing kandidat yang masih belum tembus 70%.
“Salah satu hukum besi untuk menang itu harus dikenal dengan minimal 70%. Idealnya, pada H-1 bulan itu, setiap kandidat harus mengantongi tingkat pengenalan di 80% keatas,” ungkap Toto.
Toto mengungkapkan bahwa peluang menang lebih terbuka pada pasangan DS-Sahrul, karena baik calon bupati maupun wakilnya sudah memiliki, bukan saja tingkat kesukaan yang tinggi, juga elektabilitas yang tinggi juga. Misalnya, pada elektabilitas personal DS yang 40,0%, tapi begitu dipasangkan dengan Sahrul melesat ke 45,9%. Ada sumbangan cukup besar dari Sahrul.
“Sebaliknya dengan Kurnia Agustina yang secara personal memiliki elektabilitas 27,5, tapi begitu dipasangkan dengan Usman Sayogi, hanya naik 1% saja, yaitu 28,9%. Sementara, pasangan yang lain, Yena-Atep, pengenalannya tak berbanding lurus dengan kesukaan. Misalnya, Atep cukup populer dengan 73%, tapi sebagai wakil tak banyak menyumbang elektabilitas saat dipasangkan dengan Yena yang tingkat pengenalannya baru 49%,” papar Toto.
Mengenai peran partai dalam menyumbang elektabilitas pasangan, temuan survei mengungkapkan, tak berbanding lurus juga antara dukungan partai dengan kemenangan. Ini juga yang terjadi dengan pasangan Kurnia-Usman yang diusung Partai Golkar sebagai pemenang Pileg 2019 lalu.
Dalam kontek perilaku pemilih di kabupaten Bandung, mayoritas (80,0%) publik memilih lebih karena pertimbangkan personal atau sosok calonnya. Hanya 16% saja yang memilih karena pertimbangan partai pengusung.
“Begitu juga terjadi pada peran bupati incumbent yang istrinya maju sebagai bupati. Dadang Naser yang memiliki tingkat kepuasan terhadap kinerjanya yang cukup tinggi, diatas 70%, ternyata tak mampu dikonversi dalam bentuk suara dukungan publik kepada istrinya, Kurnia Agustina,” pungkasnya.
(fik)