Titih : Cuci Darah Jadi Lebih Mudah dengan Layanan Finger Print

Titih Suryati Samsuri (67)

Titih Suryati Samsuri (67)

POJOKBANDUNG.ocm, CILEUNYI – Hemodialisa atau hemodialisis merupakan terapi cuci darah di luar tubuh. Terapi kegitaan tersebut umumya dilakukan oleh masyarakat yang kondisi ginjalnya sudah tak berfungsi dengan optimal. Pada dasarnya, tubuh manusia memang mampu mencuci darah secara otomatis, tapi bila terjadi masalah pada ginjal, kondisinya akan berbeda.

Titih Suryati Samsuri (67) merupakan salah satu peserta JKN-KIS yang sudah lebih dari 2 tahun rutin untuk menjalani cuci darah di Rumah Sakit AMC Kabupaten Bandung. Pensiunan guru ini rutin menjalani cuci darah 2 kali setiap minggunya. Saat ditemui oleh tim Jamkesnews, dirinya bersyukur dengan adanya Program JKN-KIS. Bukan tanpa sebab, ia mengatakan bahwa dirinya merasa sangat terbantu dalam hal biaya untuk menjalani kegiata cuci darah tersebut.

“Alhamdulillah setelah sekian lama saya jadi peserta JKN-KIS dari jaman sewaktu Askes, ketika saya sakit gagal ginjal, BPJS Kesehatan sudah siap menolong saya. Jika dibayangkan kalau tidak dijamina oleh Program JKN-KIS, mungkin harta saya sekarang sudah tidak ada, karena akan saya jual untuk membiayai rutinitas saya mencuci darah,” ungkap mantan Kepala Sekolah yang kini sudah pensiun pada saat ditemui di RS AMC (20/02).

Di awal tahun 2020, prosedur layanan kesehatan khususnya untuk cuci darah di RS atau klinik utama bagi peserta BPJS Kesehatan sudah dipermudah. Pasien tidak perlu lagi mengurus dan memperpanjang surat rujukan dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama, seperti Puskesmas atau Klinik per 3 bulan sekali demi memperoleh layanan cuci darah. Prosedur ini digantikan dengan penggunaan sidik jari (finger print) di RS.

“Jadi, peserta yang sudah merekam atau terdaftar menggunakan sidik jari di RS tempat biasa, bisa langsung cuci darah pakai finger print,” ungkap Sony Sugihyana Kepala Rawat Hemodialisa RS AMC.

Sebagai informasi, pasien JKN-KIS yang membutuhkan layanan cuci darah dan belum terdaftar di RS atau klinik utama, harus mendaftar lebih dulu menggunakan e-KTP dan divalidasi dengan finger print. Kecuali bagi mereka yang sudah terdaftar sebelumnya. Jika proses manual beralih ke digital, maka yang terjadi adalah kecepatan waktu. Begitupun dari surat rujukan ke sidik jari. Tentunya memberikan keuntungan bagi peserta atau pasien cuci darah maupun RS. Saat ini, sebanyak 715 rumah sakit dan 47 klinik yang melayani cuci darah di seluruh Indonesia sudah menggunakan perekaman sidik jari dan siap menyederhanakan rujukan termasuk Rumah Sakit yang berada di wilayah Kabupaten Bandung.

(apt)

loading...

Feeds

POJOKBANDUNG.com – Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH) mengumumkan kerja samanya dengan Universitas Pasundan (Unpas) melalui penandatangan Nota Kesepahaman (Memorandum …