POJOKBANDUNG.com, TANGANNYA – ulet saat membentuk daun singkong menjadi lakon wayang. Wayang daun singkong, permainan tradisional yang pernah jadi primadona pada masanya, kembali diperkenalkan oleh seniman Agus Injuk.
Agus merupakan salah satu pengisi lokakarya di Road to Bandung Wayang Festival 2020. Dengan telaten, Agus mengaitkan batang-batang berwarna merah keunguan dan menggulung helai demi helai daun. Sesekali ia mengikatkan benang putih agar jalinan yang telah dibuat terikat kuat.
Membawa misi edukasi kepada generasi milenial, lewat lokakarya Agus tidak ingin permainan masa kecilnya ini dilupakan begitu saja oleh masyarakat. Maka dari itu, dia gigih mempromosikan kerajinan wayang daun singkong lewat berbagai acara.
Seniman Napak Jagat Pasundan ini menceritakan, dia sangat tertarik dan peduli dengan permainan tradisional. Ketika kecil, dia ingat sering membuat prakarya, salah satunya wayang daun singkong. Bahannya yang mudah didapat, Agus menikmati proses pembuatan wayang yang tidak memakan waktu banyak.
“Dulu tuh sering bikin mainan seperti pistol-pistolan dari batang daun pisang. Kalau sekarang sepertinya sudah sangat jarang orang yang tertarik bikin dan mainnya,” katanya di Cihampelas Walk, Jalan Cihampelas, beberapa waktu lalu.
Ia menerangkan untuk membuat satu buah wayang, hanya butuh waktu lima menit saja. Prosesnya yang sederhana dan tidak menggunakan banyak bahan jadi keunggulan dari wayang daun singkong.
Agar wayang daun singkongnya lebih kuat, Agus memakai daun singkong segar tapi sudah tua jadi lebih keras. Ketika wayang daun singkongnya sudah jadi, ia bisa langsung memainkan wayang tersebut.
Karena hanya menggunakan daun singkong, tidak ada karakter khusus pada lakonnya. Agus hanya mengandalkan suara setiap kali memainkan lakon wayang daun singkong. Cara mainnya pun mudah, hanya menggerakkan bagian tangan yang dibuat dan Agus bisa bereksplorasi dari segi cerita. “Gak ada karakter, tapi mirip-mirip wayang golek cara memainkannya,” sambungnya.
Katanya, untuk mengembalikan kejayaan permainan tradisional, harus bisa mendobrak hal-hal yang semula dianggap mustahil. Seperti, menggelar pertunjukan wayang diruang publik. Agus menyebut semakin sering pertunjukan wayang digelar dipusat keramaian maka masyarakat luas bisa lebih peduli.
Maka dari itu, beberapa kali Agus menggelar workshop pembuatan wayang daun singkong ditempat keramaian, seperti pusat perbelanjaan atau tempat wisata. “Menurut saya kita harus berani mendobrak, wayang masuk ke mall, sekolah atau tempat milenial. Pokonya dikemas lebih nge-pop,” imbuhnya.