Agus Usung Hybrid Business Model 5.0

BUSINESS MODEL : Direktur Kepatuhan bank bjb Agus Mulyana bersalaman bersama para penguji usai sidang promosi doktor bidang studi manajemen di Auditorium Pascasarjana UPI, Senin (10/2).

BUSINESS MODEL : Direktur Kepatuhan bank bjb Agus Mulyana bersalaman bersama para penguji usai sidang promosi doktor bidang studi manajemen di Auditorium Pascasarjana UPI, Senin (10/2).

POJOKBANDUNG.com, BANDUNG -Direktur Kepatuhan bank bjb Agus Mulyana meraih gelar doktor dengan predikat cum laude dalam program studi manajemen di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), setelah berhasil mempertahankan disertasinya dengan judul “Hybrid Business Model 5.0” dihadapan para penguji di Auditorium Pascasarjana UPI, Senin (10/2).

Agus mengatakan, Hybrid Business Model 5.0 cocok diterapkan di Indonesia dikarenakan adanya batasan budaya dan agama sehingga peran manusia tidak bisa sepenuhnya digantikan oleh teknologi. Peran manusia yang tidak bisa digantikan oleh teknologi dinamakan Intellectual Capital. Intellectual Capital tersebut yang menghasilkan Innovation. Hybrid Business Model berbasis Inovasi tersebut disebut sebagai Business Model 5.0.

“Model ini cocok diterapkan di Indonesia dan dapat digeneralisasikan pada seluruh perusahaan yang bergerak baik di bidang jasa, ritel maupun manufaktur,” ujarnya.

Dijelaskan, Revolusi Industri 4.0 terdapat banyak kelemahan dalam bidang Fintech, dimana semuanya dituntut serba otomatis. Dalam satu sisi perkembangan digital ini sangat menguntungkan dalam segi efisiensi dan efektifitas, namun pada sisi lain, rendahnya Intelectual Capital SDM dari suatu negara akan menjadi kelemahan di negara tersebut pada kemajuan teknologi digital yang sangat cepat, sehingga peran manusia akan digantikan oleh robot berbasis Artificial Intelligence, menyebabkan manusia sangat tergantung dengan robot tersebut.

Menurutnya, negara Jepang dan Amerika memiliki teknologi tinggi di bidang industri dan mesin otomatisasi, namun pertumbuhan ekonominya tidak serta merta tumbuh tinggi, bahkan cenderung menurun.

Hal ini disebabkan semakin tinggi peran kekuatan industri yang dipengaruhi oleh mesin dan digitalisasi, maka akan semakin rendah peran dan fungsi dari manusianya, karena digantikan oleh mesin. Pertumbuhan penduduk akan terganggu (krisis sosial), ketika masyarakatnya lebih memilih untuk hidup sendiri, tidak mau memiliki keluarga atau keturunan, bahkan memilih pasangan hidupnya / sahabat curhat dengan robot atau asisten virtual.

Pertumbuhan jumlah penduduk dan angkatan kerja yang minim akan menghambat pertumbungan produksi barang dan jasa sehingga akan mengancam pertumbuhan ekonomi suatu negara.

“Ketergantungan terhadap teknologi yang terlalu tinggi akan mengikis norma-norma agama, budaya, dan kehidupan sosial yang menjadi tujuan hidup manusia dalam bernegara,” terangnya.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, berdasarkan hasil penelitiannya, ditemukan suatu model yang baru yang ia namakan Model Bisnis 5.0. Model ini merupakan sinergisitas antara Intelectual Capital yang melahirkan Innovation dan Information Technology Capability yang menghasilkan Value Creation, sehingga dengan sinergisitas kedua unsur tersebut akan menghasilkan suatu kekuatan yang besar untuk meningkatkan perekonomian suatu bangsa.

” Untuk membangun ekonomi suatu negara agar tumbuh lebih baik dan maju, tidak hanya dibangun dengan kekuatan mesin dan teknologi yang tinggi, akan tetapi juga harus berkolaborasi dengan Intelectual Capital Society yang berbasis Human / manusia. Inilah yang saya sebut sebagai Hybrid Busines Model atau Business Model 5.0,” ungkapnya.

Agus berharap, Indonesia sejalan dengan kebijakan Pemerintah mulai memprioritaskan pengembangan Intellectual Capital sejak dini dalam mengantisipasi transformasi teknologi digital yang sangat cepat untuk menuju tahun 2021. Untuk bisa membangun Intelectual Capital berupa Moral, Sikap, Perilaku, Tata Krama, Agama, Integritas, serta Kepatuhan pada Aturan dan Ketentuan, bisa mulai dibangun sejak pendidikan usia dini sampai Perguruan tinggi.

Sebagai ilustrasi, di lima negara dengan pendidikan terbaik di dunia, yaitu Finlandia, Cina, Kanada, Korea Selatan dan Selandia Baru memiliki tingkat Intelectual Capital yang tinggi, dengan menggunakan pola pendidikan seperti waktu belajar di sekolah yang hanya 3-4 jam per hari, tidak ada rangking di sekolah, tidak ada ujian nasional, tidak ada Pekerjaan Rumah, menulis tetap menggunakan Papan Tulis, mendorong Kreatifitas untuk menghasilkan Inovasi dan Penciptaan Nilai.

“Saya memprediksi, jika Busines Model 5.0 di implementasikan sejak sekarang, maka di tahun 2021 Indonesia akan sejajar dengan negara negara maju lainnya,” tandasnya.

(*)

loading...

Feeds

BPJAMSOSTEK Tasikmalaya Gelar Employee Volunteering

POJOKBANDUNG.com, TASIKMALAYA – BPJS Ketenagakerjaan Cabang Tasikmalaya melaksanakan kegiatan Employee Volunteering bersih-bersih sampah Bersama Bank Sampah Belebet dalam rangka World …