Seni Kanji Membawa ke Ruang Pameran

Seniman Supomo didepan karya seni kanjinya pada pameran 'A Mini Showcase by Mr Supomo of Seni Kanji' di Kedai Juru Jalan Ambon, Rabu (5/02/2020).

Seniman Supomo didepan karya seni kanjinya pada pameran 'A Mini Showcase by Mr Supomo of Seni Kanji' di Kedai Juru Jalan Ambon, Rabu (5/02/2020).

POJOKBANDUNG.com, KESUKAANNYA – menulis huruf kanji, akhirnya membawa Supomo pada ruang pameran yang tidak pernah dikira. Berlokasi di Kedai Juru, Jalan Ambon, pameran bertajuk ‘A Mini Showcase by Mr Supomo of Seni Kanji’ ini berlangsung sampai 5 Februari. Menampilkan 17 karya lama dan baru, gambar-gambar Supomo memperindah tembok sebuah ruangan.

Sebelum terjun ke dunia hand writing, Supomo pernah bekerja di pabrik tekstil di daerah Cibolerang, Bandung. Puluhan tahun bekerja di sana, diusianya yang memasuki 64 tahun kondisi tubuhnya tidak lagi se-fit dulu. Tahun 2005, Supomo ikut kursus bahasa Mandarin. Di sana dia mendapatkan ilmu tentang seni hand writing kanji.

Lewat karyanya mengeksplorasi seni kanji, keunikannya terletak pada karakter huruf dan gambar yang bernuansa vintage. Dia menyebut gambarnya sebagai seni karya kontemporer. “Saya memang penyuka gambar dan benda-benda vintage. Sehingga gaya gambar yang dibuat ada ciri khas vintagenya,” katanya ditemui di Kedai Juru, Jalan Ambon, Rabu (5/02/2020).

Menggunakan media spidol, pulpen, dan pensil, Supomo membuat tulisan kanji yang berkarakter dan sesuai pesanan. Ia bercerita ketika mendapar orderan, pembeli harus menyerahkan konsep tulisan dengan bahasa Indonesia. Kemudian, Supomo akan menterjemahkan bahasa tersebut kedalam tulisan kanji.

Normalnya proses pengerjaan satu gambar, bisa diselesaikan dalam dua sampai tiga hari. “Proses karya rata-rata teksnya sudah ditentukan dan gambarnya interpretasi sendiri,” sambungnya.

Kepandaiannya mengolah tulisan kanji menjadi karya seni akhirnya membuat Supomo kebanjiran orderan. Tahun 2016, putra sulung Supomo, Yulius Iskandar membuat akun Instagram @senikanji untuk memperkenalkan karya-karya ayahnya.

Seniman kelahiran Indramayu, 8 April 1955 ini mengisahkan dia hobi menggambar sejak remaja. Hobi itu berkembang sendiri, tanpa pendidikan formal yang ditempuh. Menjadikan seni kanji sebagai hobi, Supomo senang ketika tulisan kanjinya bermanfaat untuk orang lain.

Selepas pensiun sebagai pekerja pabrik tekstil, tahun 2017. Ia menekuni seni hand writing untuk mengisi waktu luangnya. “Biar gak cepat lupa, harus terus bekerja. Makanya yaudah seriusin aja seni kanjinya,” imbuhnya. Apalagi kepribadian Supomo yang introvert, menjadikan media hand writing sebagai penyalur emosi dan ekspresinya.

Maka dari itu, Supomo tidak memberikan tarif pada setiap karya yang dibuat. Merasa belum profesional dan suka dengan kegiatan menulis kanji, jadi alasan ia tidak mematok harga. “Enggak pede dengan tulisan kanji yang dibikin makanya gak berani pasang tarif. Takut dikritik juga, tapi dapat dukungan dari keluarga,” ungkapnya.

Sejak 2016 sampai sekarang, Supomo banyak membuat gambar untuk pesanan rumah makan, kedai kopi, clothing line, label rekaman, band, musisi, dan keperluan pribadi misalnya ucapan selamat ulang tahun.

Salah satu musisi yang cukup sering mengorder karya Supomo adalah Sir Dandy. Vokalis band Teenage Death Star ini menjadi kostumer pertama Supomo. Sir Dandy meminta untuk menginterpretasikan lagu-lagu di proyek solonya. Sebut saja, Jakarta Motor City, MRT (Mudah-mudah Ramai Terus), dan Jurnal Risa. Ada juga band The Panturas yang meminta dibuatkan gambar untuk menginterpretasikan album Mabuk Laut.

Di luar pesanan, Supomo tetap aktif menggambar dan mengunggah semua karyanya di Instagram @senikanji. Hal ini memudahkan calon membeli dalam memesan dan menarik minat para pengikutnya. Setelah proyek A Mini Showcase by Mr Supomo of Seni Kanji, ada keinginan untuk berkolaborasi dengan seniman lain.

(fid)

loading...

Feeds