BANDUNG – Pemerintah mengklaim bisa mengendalikan inflasi harga bahan pokok menjelang hari natal dan tahun baru (nataru). Hal ini tidak terlepas dari pemantauan yang dilakukan secara merata di semua wilayah strategis.
Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Indag Jawa Barat Eem Sujaemah mengatakan Jawa Barat adalah salah satu provinsi yang diawasi. Karena, posisinya bisa berpengaruh pada perkembangan harga secara keseluruhan.
Menyadari hal tersebut, ia aktif melakukan pengendalian inflasi melalui pengawasan harga dan stok barang pokok di Jawa Barat terutama saat momentun hari besar, seperti lebaran, natal sekaligus tahun baru.
“Kita termasuk 15 provinsi pantauan utama selain DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara dan lain-lain,” katanya di Gedung Sate, Bandung, Kamis (19/12).
Menurutnya berdasarkan data pantauan harga selama periode 2019, perkembangan harga barang kebutuhan pokok cukup stabil, kecuali komoditas cabai. Disbanding data Bahan Pokok Nasional, harga di Jawa Barat sebagian besar relatif lebih murah.
“Untuk cabai merah, cabai rawit dan bawang merah, Jawa Barat relatif lebih mahal dibanding nasional,” tuturnya.
Lonjakan harga cabai terjadi pada Juli 2019 lalu diakibatkan kemarau berkepanjangan dan serangan penyakit. Sehingga, hal ini berpengaruh pada stok ke sejumlah pasar tradisional.
“Yang diperkirakan naik pada Desember ini telur ayam broiler dan bawang merah, karena stoknya di Jawa Tengah defisit,” katanya.
Sementara harga rata-rata beras yang diwakili oleh jenis IR64/II di Jawa Barat lebih stabil bahkan cenderung rata-rata lebih rendah dari harga nasional. “Untuk komoditi bahan pokok lainnya terpantau stabil mulai Januari-November, mudah-mudahan tidak ada lonjakan sampai akhir tahun 2019 nanti,” kata Eem.
Kadis Indag Mohammad Arifin Soendjayana mengatakan pihaknya menggandeng retail guna memastikan gejolak kenaikan harga barang pokok tetap terkendali. Pihaknya meminta agar kondisi ini terus terjaga, pihak Asosiasi Aprindo menjadi stabilisator harga kebutuhan. “Karena kalau ritel turun yang lain juga mengikuti. Mudah-mudahan terkendali pasokan aman baik untuk retail dan pasar tradisional,” paparnya.
Permintaan tersebut diyakini bisa efektif mengingat anggota Aprindo di Jawa Barat cukup banyak. Mengendalikan harga di retail sendiri lebih mudah ketimbang pasar tradisional.
“Kalau harga telur gila-gilaan saya cukup bilang ke retail untuk minta turun, karena mereka sudah punya margin,” paparnya. (fid)