Bupati Bandung: Petani Serakah, Kertasari Banjir-Longsor Lagi

POJOKBANDUNG.com, SOREANG – Banjir bandang di Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung diduga akibat ulah para petani. Hal ini karena kesalahan pola tanam para petani, sehingga saat hujan lebat terjadi bencana.

“Kasus longsor di Kertasari bukan kali pertama, namun sudah beberapa kali sehingga merepotkan kami. Pemerintah sudah sering direpotkan,” kata Bupati Bandung Dadang M Naser, Minggu (8/12/2019).

BACA JUGA: Video: Ngeri! Kertasari Banjir Lumpur

Menurutnya, telah terjadi kerusakan di darat dan lautan akibat ulah tangan manusia. Jadi masyarakat harus introspeksi dalam kejadian ini.

“Terutama para petani yang menggarap lahan di Kecamatan Kertasari,” tandasnya.

Bupati meminta, semua pihak harus sama-sama memahami tentang penyebab terjadi bencana, terutama dengan kaitan pola tanam.

“Intinya pola tanam tanpa terasering atau sengkedan, tanah yang di pinggir pematang dan di pinggir tebing masih ditanami sayur mayur akan terjadi bencana,” jelasnya.

Dadang menilai, keserakahan petani yang menggarap lahan di Kecamatan Kertasari dampak buruk bagi alam, jadi jangan hanya mementingkan keuntungan sendiri

“Kita jangan serakah dan tamak, sisakan satu setengah meter untuk terasering. Ini untuk kepentingan sabuk gunung yang ditanami tanaman keras,” ujarnya.

Dadang menyontohkan, di Bali sangat bagus kondisi lingkungannya, karena mereka benar-benar peduli.

“Islam mengajarkan tentang lingkungan. Ini tolong para haji, para bandar, para petani mikir sedikit, supaya tidak terjadi seperti ini, repot kita semua,” tandasnya.

Bupati mengimbau, mulai sekarang cabut daun bawang yang ada di pematang dan tebing. Kemudian setengah meter korbankan untuk keselamatan masa depan dengan membuat sengkedan dan menanam tanaman keras.

“Ini bisa terjadi lagi tiap tahun. Saya datang ke sini bukan kali ini, saya datang ke sini berkali-kali. Pasir Munding sudah aman karena sudah dibeli oleh pemerintah, tapi sedikit hanya 7 hektare. Di sana tidak ada longsor lagi karena sudah dibeli. Ada juga di Cihawuk, ada anggaran dari PU tapi hanya 3,5 hektare,” sebutnya.

Menurut Dadang, dulu ada perkebunan kina di Kertasari, namun kini tidak ada lagi. Belanda sangat bijak dalam memelihara lingkungan. Di dataran tinggi di tanami kina, di sabuk gunung ditanami teh dan barulah sayuran.

“Kalau sekarang sayur mayur di puncak gunung. Tanaman penting, ketahanan cadangan makanan penting, tapi ya cara tanamnya harus aman,” tegasnya.

Dadang meminta jangan saling menyalahkan, sekarang harus saling perbaiki. “Kalau sudah bencana seperti ini masa harus kami biarkan, jalan tertutup lumpur dan menutup beberapa hari, tapi kita kan tidak demikian,” ujarnya.

Ia bersyukur, tidak ada korban saat banjir bandang. “Kalau ada korban kita yang disalahin. Jalan sudah kami beton ke sini tinggal gunung yang dijaga,” pungkas Dadang.

(apt)

loading...

Feeds