POJOKBANDUNG.com, BANDUNG–Dia kecewa pada takdir yang sudah mengambil kaki kiri-nya hingga harus berjalan pincang.
Dia buta akan dunia, hingga akhirnya pergi meninggalkan anak dan istri. Tapi berkat keikhlasan dan ketulusan membuatnya luluh untuk kembali pada keluarga. Kini, Eman Sulaeman (48), menjelma menjadi atlet voli duduk yang siap diikutsertakan saat Pekan paralimpik nasional (Peparnas) 2016. Simak ceritanya.
Eman Sulaeman, pria kelahiran Desa Sukahurip Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut awalnya memiliki fisik normal, hingga jauh sebumnya pada 1990 saat dia hendak pergi ke pasar menggunakan ojeg terjadi musibah yang sangat pahit. Belum jauh meninggalkan rumah dia harus mengalami kecelakaan yang begitu parah, ojeg yang ditumpanginya tersungkur dijalananan hingga kaki kiri Eman terlindas sebuah truk sampai remuk.
Setelah kejadian itu Eman merasa minder dan putus asa dengan kondisinya. Dia kecewa pada nasib yang menjadikan cacad, dia berontak ingin pergi karena berfikir hidup cacad tidak ada gunanya.
Berselang 1 tahun, tepatnya pada 1991 Eman meninggalkan istri dan anaknya yang baru berumur 6 bulan. Tanpa pamit dan tanpa beban dia pergi tidak tahu arah tujuan kemana.
“Saat itu saya pergi, ga ada pikiran apapun pokonya pergi meninggalkan rumah,” ucapnya kepada radar bandung saat ditemui di GOR Padjajaran, Minggu (10/4).
Dalam perjalanannya dengan kondisi pincang, beberapa kali dia dikucilkan di jalanan, rasa kecewa-pun semakin menjadi dalam diri Eman. Terlintas dalam fikirannya mungkin ini balasan karena dia meninggalkan keluarga, tapi pikiran itu hanya sementara. Berbagai usaha dia coba untuk bertahan hidup mulai dari pedagang asongan, kendek, kuli bangunan dan lainnya, hal itu terus dia lakukan selama 4 tahun dalam pelarian kekecewaan.
“Belum, saat itu saya hanya memikirkan hidup saya sendiri tidak ingat kepada keluarga di rumah dan selama 4 tahun juga saya tidak memberi kabar sama sekali,” terangnya.
Pelarian Eman tidak membuahkan hasil atas kekecewaannya sampai baju yang ia kenakan sudah lusuh dan tampak seperti gelandangan. Hingga pada suatu saat dia bertemu dengan sosok Kakek yang sedang memikul kayu bakar, kemudian dia bantu menuju gubuk tua di tengah perbukitan Kota Banten yang kemudian menjadi tempat Eman tinggal selanjutnya.
“Saya diajak tinggal bersama Kakek (Abah) di pinggiran Kota Banten, tempatnya saya tidak tahu di mana karena saya hanya jalan saja yang penting meninggalkan rumah,” imbuhnya.
Selama 5 bulan mereka berdua tinggal bersama di gubuk sederhana, di sana Eman di ajari berbagai hal, salah satunya keikhlasan menjalani kehidupan. Dia tidak pernah pernah jauh meninggalkan gubuk setiap hari hanya ilmu agama yang Abah ajarkan, hingga pada suatu saat setelah shalat subuh Eman dianjurkan pulang ke Garut
dan dibekali ongkos Rp500 dari Abah. Ajaib memang selama perjalanan pulang seolah ada yang menuntutnya, bahkan bayar ongkos gratis.
“Setiap naik angkutan umum (angkum) atau bus sang sopir selalu bilang katanya sudah ada yang bayar. Saya tidak tahu siapa,” ucap Eman penuh tanya.
Terfikir saat perjalanan pulang, Siapakah sosok Abah, mungkin Jin atau malaikat yang memberi jawaban atas kekecewaannya terhadap nasib. Tapi Eman berfikir secara logis, mungkin hanya kebetulan.
Sesampainya dirumah keluarga tampak heran dan bingung terutama sang istri tidak percaya dengan kepulangan Eman yang beberapa tahun tidak memberi kabar, bahkan pihak keluarga sudah menganggapnya meninggal.
“Istri terutama yang heran, tapi saya mencoba ceritakan kisah sesungguhnya. Alhamdulilah mereka percaya dan mau menerima saya kembali,” tuturnya.
Lambat laun, Eman mulai Iklas dan mau menerima kenyataan hingga dia menjalani kehidupan bersama keluarga penuh rasa cinta. 1997 merupakan titik terang karir bagi pria beranak dua tersebut, dia mulai bergabung di Badan Pembinaan Olahraga Cacad (BPO) yang sekarang berubah nama menjadi Nasional Paralypic Committee (NPC) Jabar. Kiprahnya mulai terlihat, awal karir dia mulai menggeluti cabor tenis meja hingga bisa lolos Porda dan berhasil menyabet 1 emas.
Tahun demi tahun dia lewati dengan berkarya di bidang olahraga. Tak ayal, setiap kejuaraan tingkat lokal maupun internasional seperti PON dan Asean para games dia ikuti. Alhasil, dari ratusan pertandingan terkumpul puluhan medali emas, perak dan perunggu.
Sekarang Eman yang dulu kecewa dengan keadaan kini menjelma sebagai atlet Voli duduk yang dipersiapkan untuk mengikuti kejuaraan Peparnas 2016.
“Alhamdulilah kesabaran dan keikhlasan membuahkan hasil sampai hari ini, salah satunya saya dipanggil Jabar untuk mengikuti kejuaraan Peparnas (2016),” tandasnya.(Asep Rahmat/cr3)