Gerakan Mahasiswa Harus Diperkuat Analisis dalam Menyampaikan Kritik

POJOKBANDUNG.com, BANDUNG – Aksi demonstrasi mahasiswa yang menolak sejumlah revisi Undang-undang memunculkan memori unjukrasa pada tahun 1998. Meski demikian, munculnya korban luka disayangkan oleh berbagai pihak.

Hal itu disampaikan oleh anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, Arif Hamid Rahman usai menjenguk salah satu korban aksi unjuk rasa di Rumah Sakit Sariningsih Kota Bandung, Rabu (25/9/2019) malam.

Dalam kesempatan itu, ia berbincang dengan salah satu korban aksi Rifka Khoirunnisa (22) dari Fakultas Syariah dan Hukum UIN Bandung, harus menjalani perawatan pasca unjuk rasa yang berakhir ricuh pada awal pekan ini. Ia berbincang dan bertanya mengenai kronologis serta alasan meminta pencabutan RUU KUHP, RUU Pemasyarakatan, RUU PKS, RUU Pertanahan, dan RUU KPK.

Arif merasa dirinya kembali ke tahun 1998 saat mahasiswa selalu lantang menyuarakan aspirasi sama seperti sekarang, yang disuarakan oleh mahasiswa. Ia menyayangkan ada korban luka dari aktivitas mereka.

Meski begitu, ia berpesan kepada para mahasiswa bahwa menuntut kebenaran merupakan sebuah tugas mulia bagi mahasiswa untuk menyuarakan aspirasi tersebut. “Jangan pernah takut untuk menyampaikan suatu kebenaran. Namun, harus dilandasi dengan analisis yang kuat agar apa yang menjadi kebutuhan masyarakat dan mahasiswa bisa tersampaikan,” jelasnya.

Sementara itu, Rifka mengapresiasi kedatangan wakil rakyat yang telah menjenguk. Dirinya lantas menceritakan kronologis kejadian pada saat aksi hingga masuk rumah sakit.

“Saya masuk rumah sakit sekitar jam 17.00 WIB, saat massa aksi dipukul mundur di hari terakhir. Gas air mata yanh ditembakan polisi banyak sampai akhirnya terhirup. Saya muntah-muntah, sesak, dan kemudian pingsan di lokasi aksi,” kata Rifka.

(azs)

loading...

Feeds

POJOKBANDUNG.com – Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH) mengumumkan kerja samanya dengan Universitas Pasundan (Unpas) melalui penandatangan Nota Kesepahaman (Memorandum …