POJOKBANDUNG.com, BANDUNG – Berdasarkan pengukuran kepuasan hidup mitra Gojek yang menggunakan instrumen The Satisfaction with Life Scale (SWL) dari Pavot dan Diener (2013)1, skor rata-rata kebahagian adalah 24,3 dari skala maksimal 35. Artinya, mereka tergolong puas dengan hidupnya dan merasa bahagia.
Peneliti LD FEB UI Bagus Takwin memaparkan mitra memaknai pekerjaan mereka lebih dari sekadar menghasilkan uang untuk memenuhi kepentingan sendiri. Keadaan mitra Gojek yang bahagia bisa membuat mereka tetap semangat memperbaiki hidup sehingga bisa naik tangga kelas ekonomi dan sosial
“Dalam konteks industri digital yang menganut sistem kemitraan seperti Gojek, makna kerja menjadi penting karena setiap orang punya pilihan dan otonomi dalam bekerja, yang mana ini lebih memberdayakan mitra,” ucap dia melalui siaran pers yang diterima, Selasa (20/8/2019).
Salah seorang mitra Gojek, Chairul (45th) mengaku puas dengan pekerjaannya dan menjadi mitra. Ia berkomitmen akan tetap menjadi bagian dari perusahaan meski ada perusahaan lain yang sama.
“Sepertinya saya tidak akan pindah haluan walaupun ada masukan dari aplikator lain menawarka,” kata dia, Selasa (20/8/2019).
Menurut pengakuannya, semenjak bergabung pada 2015, pekerjaan ini membawa perubahan yang signifikan bagi dia dan keluarganya dalam hal penghasilan. Meski diakui profesinya tidak selalu berjalan lancar. Biasanya, hal itu datang karena masalah dengan aplikasi.
Sebagai alat transportasi berbasi online, ia menilai wajar jika mengalami gangguan pada sistem. Apalagi, jumlah mitra pengemudi semakin hari semakin bertambah. Begitu pula dengan penggunanya.
“Ya semakin bertambahnya mitra-mitra gojeknya semenjak 2015 sampai 2019 ini otomatis secara sistem akan mengalami perbaikan-perbaikan karena mitra terus bertambah, dan ada penambahan-penambahan layanan juga untuk keamanan dan kenyamanan pelanggan,” ujarnya.
“Semakin ke sini kalau ada trouble ada error Gojek semakin cepat merespon. Perusahaan juga selalu merespon masukan-masukan dari driver dan customer,” jelasnya.
