Bandung – Brand fashion asal Amerika, Timberland fokus mengaplikasikan konsep daur ulang dalam setiap produknya. Hal ini dilakukan sebagai bentuk dukungan terhadap kampanye peduli lingkungan.
Anita Hartanus, Brand Manager Timberland Indonesia mengklaim 80 persen material untuk produknya menggunakan bahan yang ramah lingkungan. Upaya ini sudah konsisten dilakukan sejak tahun 2001.
“Perkembangannya memang tahun demi tahun terus meningkat (menggunakan bahan daur ulang) 10 persen, 20 persen akhirnya sampai sekarang udah 80 persen produk kami menggunakan materi daur ulang,” katanya saat ditemui di Paris Van Java (PVJ), Kota Bandung, Kamis (25/4/2019).
Ilustrasinya, untuk membuat sepasang sepatu, pihaknnya menggunakan teknologi ReBOTL. Dengan mesin ini, sol sepatu dibuat dengan campuran materi botol plastik dan karet daur ulang.
Di seluruh dunia, Timberland sudah memanfaatkan kembali 310 juta botol air plastik untuk didaur ulang. Teknologi memanfaatkan bahan ramah lingkungan pun digunakan untuk produk yang lain. Misalnya, jaket bomber Head W Do Good ‘Owl dengan kain ripstop dari pengolahan sampah plastic.
Ia menegaskan, meski menggunakan materi daur ulang, kualitas produknya teruji. Bahkan, ia memastikan bahwa tidak ada penurunan kualitas jika dibandingkan dengan Timberland keluaran lama.
Ia menargetkan pada tahun 2020 seluruh jenis sepatunya telah berbahan daur ulang. Kebijakan itu juga menegaskan bahwa Timberlang berpartisipasi aktif dalam kegiatan go green dengan konsep reduce, reuse dan Recycle.
Aktifitas Timberland untuk menyelamatkan bumi dari bahaya sampah plastik pun dilakukan dengan memberikan diskon kepada konsumennya. Dengan membawa dan menukar botol plastik, pembeli akan mendapatkan diskon 20 persen.
Kegiatan itu rencananya direalisasikan pada bulan Mei 2019. Nantinya, botol plastik tersebut akan didonasikan kepada badan usaha yang mendaur ulang sampah plastik menjadi barang ekonomis.
Gerakan lain yang bertema semangat menjaga lingkungan pun dilakukan dengan cara mengajak sejumlah klub motor di Bandung untuk touring sambil memunguti sampah plastik di sana.
“Kebetulan, Timberland looks-nya cocok dengan bikers (Penggiat klub motor) jadi kami mengajak mereka. Bersama-sama kami coba mengumpulkan sampah plastik, dan memperkenalkan bagaimana membantu lingkungan hidup dari diri kita masing-masing,” ujar Anita.
Sejak hadir di Indonesia pada tahun 2015, Timberland memiliki 16 offline store di enam kota besar. Untuk mengakselerasi konsumen, pihaknya akan membagi fokus dengan membuat website commerce.
“Online baru 5 persen, kita belum ada websitene commerce, kita masih di dalam market e commerce yang sudah ada,” pungkasnya.