Hasto Nilai Prabowo Terjebak, Sindir Soal Swasembada Air

Capres nomor urut 02, Prabowo Subianto. Sekjen DPP PDIP, Hasto Kristiyanto menilai Prabowo terjebak pada persoalan-persoalan lama.

Capres nomor urut 02, Prabowo Subianto. Sekjen DPP PDIP, Hasto Kristiyanto menilai Prabowo terjebak pada persoalan-persoalan lama.

POJOKBANDUNG.com – Sekretaris Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf Amin, Hasto Kristiyanto menilai capres nomor 02 Prabowo Subianto masih terjebak dengan masalah-masalah lama. Dalam debat tadi malam, Prabowo menyinggung seputar rekomendasi PBB lima tahun lalu.

“Dalam penyampaian visi misi, Pak Prabowo sebagaimana tahun 2014, lebih banyak menyampaikan persoalan dengan solusi yang hanya mengulang rekomendasi PBB. Sementara Pak Jokowi mengungkap pentingnya energi terbarukan dan keberhasilannya di dalam mengatasi kebakaran hutan sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan,” ujar Hasto.

Menurut politikus PDI Perjuangan ini, penyampaian visi misi kedua paslon adalah podium rakyat yang akan menentukan preferensi swing voters, bahkan untuk menekan angka golput.

“Visi misi capres menjadi awal penilaian agenda strategis kedua paslon. Tampak sekali Pak Jokowi lebih memahami persoalan bangsa,” jelas Hasto melalui siaran tertulisnya, Minggu (17/2) malam.

Sekjen PDI Perjuangan ini lalu menyinggung gagasan kebersihan sungai dan pengendalian sampah plastik dari Jokowi. “Itu adalah contoh lain bagaimana Pak Jokowi berbicara persoalan faktual, sementara untuk sekian kalinya Pak Prabowo mengungkapkan swasembada air,” ujarnya.

Menurut Hasto, swasembada air tanpa penjelasan dan agenda menjalankannya menjadi bukti bahwa Prabowo cenderung mengulang masalah lama. “Miskin pengalaman,” katanya menyindir capres 02.

Hasto pun berharap agar para pakar dan pengamat bisa memberikan penilaian objektif tentang kualitas kedua calon.

“Objektivitas para pakar sangat diperlukan. Sebab Indonesia harus dipimpin oleh sosok visioner, tetapi juga memiliki kemampuan teknokratis dan manajerial untuk menyelesaikan masalah pokok bangsa,” pungkas politikus kelahiran Yogyakarta 7 Juli 1966 itu.

(jpc)

 

loading...

Feeds