POJOKBANDUNG.com, BANDUNG – Sungai mati (oxbow) di aliran Citarum yang kerap dijadikan tempat pembuangan sampah warga segera direstorasi. Saat ini, dari 14 sungai mati yang ada, delapan diantaranya sudah berfungsi kembali sebagaimana mestinya.
Seperti diketahui, keberadaan sungai mati berfungsi sebagai daya tampung air untuk mencegah banjir saat debit sungai sedang tinggi. Sungai mati ada di beberapa titik sepanjang aliran Gunung Wayang di Kabupaten Bandung hingga bermuara di Laut Jawa.
Direktur Operasi dan Pengembangan Perum Jasa Tirta (PJT) II, Antonius Aris Sudjatmiko mengatakan bahwa sejauh ini, penangan sampah dan sedimentasi di delapan titik sungai mati menghabiskan anggaran Rp 17,5 milyar rupiah.
“Di sepanjang Sungai Citarum terdapat 14 oxbow. Banyak diantaranya yang sudah dibersihkan oleh kami bekerja sama dengan Kodam III Siliwangi, salah satunya yang di Bojong Soang,” ujarnya saat ditemui di sela penataan oxbow Cicukang, Desa Mekar Rahayu Kecamatan Marga Asih Kabupaten Bandung, Rabu (5/12/2018).
Ia mencontohkan, sungai mati di Bojong Soang Kabupaten Bandung, sebelumnya dipenuhi oleh sampah dan mengalami pendangkalan karena sedimentasi. Namun, setelah dibenahi PJT II dan Satgas Citarum Harum dari Kodam III Siliwangi kondisinya sudah lebih baik.
Hal itu tidak terlepas dari penandatanganan kesepakatan antara PJT II selaku operator Bendungan Jatiluhur bersama Balai Besar Wilayah Sungai Citarum (BBWS) untuk mengembalikan kondisi sungai mati.
Apalagi, PJT II pun bertugas sebagai operator distribusi air baku untuk DKI Jakarta via Saluran Tarum Barat, dan penyedia air untuk irigasi pertanian di pantura Jabar via Saluran Tarum Timur.
“Upaya pengembalian fungsi sungai mati sepenuhnya didukung oleh Pangdam III Siliwangi serta para Komandan Sektor dan Gubernur Jawa Barat yang bertindak sebagai Koordinator,” ujarnya.
Ia merinci, selama 2017, telah dilakukan pengerukan di tiga lokasi sungai mati, yakni di Bojongsoang, Rancamanyar, Manggahang. Tahun 2018 dilakukan pengerukan di lima lokasi sungai mati di wilayah Sulaeman, Sapan, Babakan Patrol, Tegal Luar dan Rancamanyar Kabupaten Bandung.
Di tahun ini pula satu lokasi restorasi dilakukan sebagai kelanjutan dari kegiatan pengerukan tahun sebelumnya di Rancamanyar.
Tahun depan rencananya pengerjaan serupa dilakukan di lokasi Daraulin, Mahmud, Cicukang, Haurcucuk 1 dan Haurcucuk 2, Koyod. Alat yang dipergunakan adalah excavator standar, excavator long arm dengan ponton.
Penanganan sampah yang dilakukan pada 2018 adalah dengan menimbun sampah tersebut dan membungkusnya dengan geotekstil dan geogrid atau lebih dikenal dengan geokomposit. Lalu ditimbun kembali dengan tanah dan akan ditanami rumput di atasnya. Teknik tersebut biasanya dikenal dengan sanitary landfill.
Untuk menjaga kesehatan lingkungan, pihaknya sedang mengembangkan perikanan budidaya, pariwisata dan lain-lain.
Meski begitu, PJT II menemukan sejumlah kendala dalam normalisasi ox bow. Yakni resistensi masyarakat seperti bangunan tidak berijin pada lokasi lahan oxbow serta kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah terutama sampah domestik ke badan sungai.
“Harapan ke depan adalah partisipasi aktif dari masyarakat untuk menjaga kondisi kualitas lingkungan dengan tidak membuang sampah dan limbah ke badan sungai, serta dengan menjaga apa yang telah direstorasi dan diperbaiki agar tetap dalam kondisi baik, bersih dan jauh lebih baik lagi,” ujarnya.