POJOKBANDUNG.com, JAKARTA – Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon tak terima dengan sebutan ‘budeg’ dan ‘buta’ yang disematkan Ma’ruf Amin kepada pihak-pihak yang selama ini kerap mengritik pemerintah. Menurut Fadli, pernyataan Ketua Majelis Umum Indonesia (nonaktif) tersebut merupakan political labeling.
“Jangan melakukan suatu political labeling. Tapi, kalau misalnya kita kritik, ayo kita lihat datanya. Saya misalnya lihat ketimpangan itu ya tetap tinggi. Laporan Bank Dunia dan sejumlah instansi mengatakan empat orang terkaya Indonesia sama dengan 100 juta, berdebat lah di situ,” ujar Fadli di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (12/11).
Fadli bersikukuh, data yang ia sampaikan itu sohih. Sebab masyarakat juga merasakan ketimpangan seperti yang ia katakan. Sehingga menurutnya tidak tepat jika pengritik pemerintah disebut orang buta dan budeg (tuli).
“Kalau cuman tanggapannya itu buta atau tidak melihat. Loh, masyarakat kan merasakan ketimpangan yang luar biasa sebenarnya,” katanya.
Wakil Ketua DPR RI itu pun menilai, pernyataan Ma’ruf tak ada bedanya dari pidato Joko Widodo (Jokowi) yang menyebut politikus genderuwo dan sontoloyo. Fadli merasa ucapan-ucapan seperti itu bisa menyinggung masyarakat.
“Saya kira sama, satu aliran lah diksinya dengan sontoloyo, genderuwo. Itu bisa ada orang yang tersinggung ya, dengan kata-kata begitu. Saya kira kita harus hindari lah kata budeg dan sebagainya itu. Saya kira bisa dianggap juga nanti menyinggung kaum difabel,” ungkapnya.
(aim)